Di awal kemunculan Tuan laksana fajar di ufuk timur
Dengan berbekal segenggam beras untuk ditaburkan
Kini  Tuan mulai mengelus kepala Kami
Lalu kemudian bersyair merdu coba obati nestapa ini
Perlahan asa Kamipun berjingkrak
Dan mulai  tergerak pula untuk menginvestasikan sutra Kami
Tibalah hari penobatan berlangsung
Kami berjejejer mematung pandangi wajah Tuan yang berseri
Tanpa adanya komando Kamipun bersorak riang akan hal itu
Selang beberapa waktu terbitlah fatwa yang dirasa telah Tuan kaji
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!