Mohon tunggu...
Pither Yurhans Lakapu
Pither Yurhans Lakapu Mohon Tunggu... Penulis - Pemitra (pejuang mielitis transversa)

Penulis buku "TEGAR!; Catatan Perjuangan Melawan Mielitis Transversa". Twitter: @pitherpung, blog: https://pitherpung.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Hukum

Kecam Pengrusakan Alam dan Pembancakan Dana Desa pada Proyek Wisata Pantai Kolbano-Timor

3 Juli 2021   12:01 Diperbarui: 3 Juli 2021   19:44 881
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Panorama mengagumkan Pantai Kolbano | Dok. Pribadi

FOTO di atas tidak diambil di Bukit Fatuhan tapi bisa bercerita banyak tentang bukit yang masih berada dalam kawasan wisata Pantai Fatuun, Desa Kolbano, NTT  itu. Bukit yang oleh Pemerintah Kabupaten Timor Tengah Selatan melalui anggaran Dana Desa senilai total ± 1,5 miliar hendak disulap menjadi obyek wisata berkelas dalam kurun waktu tiga tahun.

Saya bukanlah fotografer profesional yang memotret dengan trik-trik fotografi khusus, tapi hanya menjepret berdasarkan insting. Modal saya cuma sebuah kamera HP jadul beresolusi 3,2 MP tanpa filter atau editing apa-apa. Itu pun hasilnya sangat mempesona. Artinya bahwa, bukan teknik fotografi yang sedang berbicara di sini tapi memang pemandangan alamnya lah yang amat eksotis.

Foto favorit itu kerap saya aplikasikan sebagai wallpaper laptop, cover medsos hingga ilustrasi tulisan-tulisan tentang pantai Kolbano. Bahkan, foto inilah yang mengisi ruang unggahan pertama blog saya, pitherpung.blogspot.com.

Pemandangan dari Bukit Fatuhan ke arah timur | Dok. Nubo Boy/Google Maps
Pemandangan dari Bukit Fatuhan ke arah timur | Dok. Nubo Boy/Google Maps
Titik di mana saya mengabadikan foto ini —berjarak ± 600 m dari Bukit Fatuhan— hanya memiliki sebuah angle bagus yakni ke arah timur. Namun, apabila berada di Bukit Fatuhan maka kita bisa menyaksikan pemandangan alam yang jauh lebih mempesona ke segala penjuru mata angin.

Saat berdiri di puncak Fatuhan lalu melempar pandangan ke arah timur, kita akan dibuat terpana oleh eloknya teluk Nop-nop beserta menawannya tanjung Oetuke. Ke arah barat ada lekukan anggun tanjung-tanjung kecil mulai dari Oepal hingga Noefefan, ke selatan ada si raksasa Fatuhan (kini lebih tenar dengan nama Fatuun) yang terlihat rendah dilatarbelakangi biru toskanya panorama Laut Timor.

Sejauh memandang garis pantai itu, mata kita bakal dimanjakan hamparan batu-batu warna tiada duanya di muka bumi ini (walaupun kian pudar oleh penambangan massif).

Pemandangan dari Bukit Fatuhan ke arah barat | Dok. Nubo Boy/Google Maps
Pemandangan dari Bukit Fatuhan ke arah barat | Dok. Nubo Boy/Google Maps
Menatap ke arah utara pun kita masih bisa menikmati terjalnya gunung Pene, Oebubun, SeI hingga Nununamat di kejauhan. Bagi warga setempat mungkin ini merupakan pemandangan biasa, namun tidak bagi mereka yang jarang berkunjung.

Seandainya tangga di lereng Fatuhan dibuat sederhana, aman dan selaras dengan gersangnya bukit di musim kemarau, maka tangga akan menjadi salah satu daya tarik andalan obyek wisata alam Pantai Kolbano.

Menuju puncak bukit setinggi ± 40 meter itu, pengunjung akan digiring untuk menikmati pengalaman tak biasa sejak menapaki tangga pertama.

Efek gravitasi akibat terjalnya lereng, dipadu desir khas ombak pantai Kolbano, ditemani pepohonan meranggas yang selalu #Tegar menghadapi iklim stepa Pulau Timor, bakal memberi sensasi unik, seolah kita hendak dihela jatuh ke dasar bukit.

Batu raksasa Fatuun dipotret dari pantai | Dok. Welem
Batu raksasa Fatuun dipotret dari pantai | Dok. Welem
Perpaduan suara alam dan teduhnya pemandangan akan mengalihkan perhatian kita sehingga tak menyadari sedang memanjat sebuah bukit nan curam.

Secuil rasa letih yang makin menumpuk saat meniti 200-an anak tangga di lereng Fatuhan bakal terhapus dalam sekejap tatkala kaki menapak puncak bukit bermakna "batu berbunyi" itu. Suguhan panorama paripurna Pantai Kolbano dipadu semilir angin laut selatan bakal menghadirkan nuansa istimewa yang memikat untuk terus berlama-lama atau tak ingin beranjak dari sana.

Bagaimana dengan pemandangan di musim hujan?

Warna hijau bukit di sekeliling bisa sangat instagramable. Keelokan itu bisa dibilang langka karena musim penghujan di Kolbano biasanya lebih singkat dibanding kemarau, bahkan kerap kekeringan sepanjang tahun.

Raksasa Fatuun dipotret dari puncak Bukit Fatuhan | Dok. Zadrak
Raksasa Fatuun dipotret dari puncak Bukit Fatuhan | Dok. Zadrak
Sayangnya, semua itu hanya tinggal impian yang tak mungkin pernah terwujud. Galian tanpa perencanaan matang telah memicu longsoran besar yang mengikis habis lereng bukit itu HANYA PADA TAHAP PERTAMA proyek pengembangan obyek wisata Bukit Fatuhan. Infrastruktur-infrastruktur tak berkualitas pun mulai retak dan roboh kurang dari setahun setelah dibangun.

Masih tersisa dua tahapan pembangunan lagi yang entah akan menghasilkan kehancuran seperti apa sesuai "master plan pengrusakan dan bagi-bagi uang negara" yang telah ditetapkan pengguna anggaran dana desa sejak awal. Kecurigaan itu muncul atas dasar adanya indikasi bahwa nilai proyek tersebut  ditentukan lebih dahulu barulah RAB-nya disusun dari belakang (baca: Trigonometri Sederhana Bukit Fatuhan dan Siapa yang Mesti Bertanggung Jawab?).

Indikasi lainnya yakni mulusnya Laporan Pertanggungjawaban (LPJ) Kades Kolbano tahun 2020 sekalipun hasil pekerjaan di Bukit Fatuhan sangat mengecewakan (baca beritanya di sini, Kolbano tidak termasuk dalam desa yang LPJ-nya tidak diterima).

Mengingat bahwa tahap pertama sudah selesai maka mau tak mau tahapan selanjutnya harus dijalankan. Asalkan dananya habis terserap, pemegang anggaran dan pihak terkait tidak akan peduli baik-buruk maupun besar-kecilnya kerusakan yang ditimbulkan.

Citra satelit memperlihatkan kerusakan luas akibat longsoran pada lereng Bukit Fatuhan | Screenshot Google Earth
Citra satelit memperlihatkan kerusakan luas akibat longsoran pada lereng Bukit Fatuhan | Screenshot Google Earth
Lihat saja pekerjaan tak terencana matang ini, pada tahap pertama telah dirintis seruas jalan kendaraan bermotor dari arah belakang bukit. Lewat jalan itu, wisatawan tak akan memanjat tangga sambil menikmati panorama pantai selatan lagi tapi cukup membawa kendaraan ke puncak, parkir, foto-foto lalu pulang.

Seolah tangga sudah direncanakan untuk tidak terpakai, padahal "tangga seribu" beserta infrastruktur penunjangnya lah yang dibangga-banggakan sejak awal.

Yang jelas, keindahan idaman bukit Fatuhan mustahil kita jumpai lagi, sekalipun tersedia puluhan miliar dana desa maupun dana-dana tak terbatas lainnya. Sekalipun dibarengi ribuan upaya terbaik pemerintah untuk mengembalikan kecantikan aset desa yang tak ternilai harganya itu.

Belum setahun dibangun sudah roboh tetapi pertanggungjawabannya aman | Dok. Pribadi
Belum setahun dibangun sudah roboh tetapi pertanggungjawabannya aman | Dok. Pribadi
Jika anda berkunjung setelah ini, mungkin masih menemukan spot berpemandangan mengagumkan di sisi lain bukit itu. Namun, ketahuilah bahwa yang akan anda saksikan itu hanyalah puing-puing tersisa dari keelokan Bukit Fatuhan. 

Sedangkan kemolekan sesungguhnya telah pudar bahkan sirna akibat ambisi membangun yang hanya mengutamakan keuntungan pribadi, TANPA SEDIKIT PUN NURANI untuk memperindah atau melestarikan alam karunia istimewa Sang Pencipta itu.*

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hukum Selengkapnya
Lihat Hukum Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun