Mohon tunggu...
Pither Yurhans Lakapu
Pither Yurhans Lakapu Mohon Tunggu... Penulis - Pemitra (pejuang mielitis transversa)

Penulis buku "TEGAR!; Catatan Perjuangan Melawan Mielitis Transversa". Twitter: @pitherpung, blog: https://pitherpung.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Ini Mainan Natal Masa Kecilku

18 Desember 2013   11:01 Diperbarui: 24 Juni 2015   03:47 259
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Natal selalu mengingatkan kita akan kenangan masa kecil. Tak heran lagunya Victor Hutabarat yang bertema natal masa kecil menjadi legenda hingga kini. Lagu "Kenangan Natal di Dusun" dengan syairnya yang ringan selalu berhasil mengajak imjinasi berpetualang ke masa penuh keceriaan itu.

Seperti tahun ini, lagu inipun kembali mengingatkan masa kecilku 20-an tahun silam. Suasana natal dimana keceriaan bergulir secara alami khas suasana desa selalu membuat sanubari ini ingin mengulanginya kembali.

Banyak hal tentang Natal di masa kecil yang bisa dikenang untuk melukiskan keceriaan masa itu. Masing-masing orang tentu memiliki kisah tersendiri dan sebagai anak kecil sesuatu yang cukup berkesan pasti tak lepas dari mainan-mainan ketika natal. Mainan di masa kanak-kanak dulu mungkin kini sudah punah dan ada pula yang masih eksis tapi sudah dalam bentuk lain misalnya sudah berbentuk digital yang dimainkan lewat gadget.

Beberapa permainan berikut mewarnai saat-saat menyambut natal di masa kecil saya tahun 80an hingga 90an.

1. Petasan
Petasan di jaman kecilku dulu berbeda jauh dengan sekarang. Kalau sekarang cukup dengan membeli di toko, di jaman saya kecil dulu untuk menikmati bunyi petasan dibutuhkan sedikit kreatifitas. Petasan dibuat dari bekas pentil roda mobil sebagai alat ledaknya kemudian diisi dengan korek api sebagai mesiu/bahan ledak. Alat ledak dibuat sendiri sedangkan untuk mesiunya harus menyisihkan uang jajan untuk membeli korek api. hehehe.

Kerasnya suara petasan bisa diatur dengan menyesuaikan jumlah korek api yang dimasukkan. Makin banyak korek api, bunyi petasan makin keras dan sebaliknya. Cara membunyikannya dengan memukulkan petasan ke batu.

Kini petasan ini sudah punah digantikan petasan instan yang dijual di toko-toko.

2. Meriam bambu
Permainan dari bambu berdiameter sekitar 20 cm dan panjang 1,5 m ini biasanya dibuat oleh orang dewasa. Anak kecil hanya kebagian jatah membunyikannya saja. Suara dentuman akibat minyak tanah yang tersulut api di dalam ruas bambu mampu terdengar hingga radius 3-4 Km.

Permainan ini termasuk beresiko karena bisa menimbulkan terbakarnya kulit hingga kebakaran yang lebih besar jika tidak dimainkan dengan benar. Mengingat resiko permainan ini, kami sering memainkannya di hutan atau jauh dari rumah bersama orang-orang dewasa yang juga suka bermain meriam bambu. "Kecelakaan" paling sering adalah terbakarnya alis mata. hehehe...

Sekarang permainan meriam bambu makin menghilang, sayapun setuju kalau permainan ini tidak dimainkan lagi mengingat cukup beresiko terutama bagi anak-anak.

3. Mencari pohon natal

Waktu kecil di desa, pohon natal selalu diambil dari alam dan itu menjadi "permainan" menjelang natal yang menarik. Pohon natal biasanya terbuat dari pohon cemara atau bunga ekam.

Ekam adalah sebutan dalam bahasa Timor untuk sejenis tumbuhan liar seperti pandan yang biasanya tumbuh berkoloni di hutan. Pohon cemara mudah ditemukan sehingga sering menjadi pilihan terakhir sedangkan bunga ekam adalah pilihan utama karena selain langka, bentuknya sangat ideal (berbentuk kerucut dengan tinggi sekitar 2,5 m dan tangkai bunga yang simetris), bunganya indah dan biasanya mekar hanya di bulan Desember. Bila menjelang hari H dan bunga ekam tidak ada barulah pilihan beralih ke pohon cemara.

Menemukan bunga ekam membutuhkan perjuangan ekstra. Perlu mencarinya dengan masuk ke hutan 1-2 hari sebelum natal. Nah, biasanya "prosesi" mencari bunga ekam ini menjadi "permainan" tersendiri. Menjelang natal, anak-anak biasanya ramai-ramai pergi ke hutan, menuju tempat yang diyakini terdapat bunga ekam. Bila ada yang ditemukan, pohon natal itu dipotong dan dibawa beramai-ramai ke gereja dengan hati-hati agar ranting-ranting bunganya tidak patah.

Terkadang kami sudah mencarinya seminggu sebelum natal sekedar menemukan dan menandai lokasinya, sehari sebelum natal baru diambil. Nantinya bunga ekam ini dihias menjadi pohon natal yang elegan. Sungguh sebuah keceriaan yang berbeda dan membuat selalu terkenang.

Kegiatan mencari pohon natal ini sudah makin memudar seiring digunakannya pohon natal buatan yang dinilai lebih praktis dan modern namun sadar atau tidak banyak sisi menarik yang hilang dari perubahan ini sebut saja kebersamaan ketika mencari ekam dan cinta alam dengan menggunakan pohon natal alami.

Kini semua tinggal kenangan dan kenangan tetaplah kenangan tidak bisa diulang kembali. Dulu harus menjalani waktu sebagai seorang bocah kecil sedangkan saat ini harus menikmati suasana sesuai keberadaan yang tidak kanak-kanak lagi. Waktu terus berlalu dan kita tidak bisa memutarnya kembali, kita hanya bisa mengenang untuk menjadikannya penyemangat dalam menghadapi hari esok dengan pembawaannya tersendiri.

SELAMAT MENYONGSONG NATAL, 25 DESEMBER 2013.

Artikel terkait: Flamboyan itu Sudah Berbunga.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun