Mohon tunggu...
Pither Yurhans Lakapu
Pither Yurhans Lakapu Mohon Tunggu... Penulis - Pemitra (pejuang mielitis transversa)

Penulis buku "TEGAR!; Catatan Perjuangan Melawan Mielitis Transversa". Twitter: @pitherpung, blog: https://pitherpung.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Penyandang Disabilitas: Dukungan Sosial dan Implementasinya

4 Maret 2014   16:37 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:16 377
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


2. Politik.

Berbicara tentang politik pun kelompok ini masih sangat terdiskriminasi. Hak politik PwD sering diabaikan oleh para pelaku politik. Keterbatasan membuat suara PwD seolah tak dihiraukan.


Dalam berbagai perhelatan politik, mereka sering tidak diperhatikan dan dilibatkan. Padahal kebijakan politik sangatlah dibutuhkan untuk mendukung keberadaan PwD dan upaya-upaya meraih kesetaraan sebagai sesama warga negara.


Untuk menyalurkan hak pilih, walaupun Undang-undang telah mengaturnya namun dalam implementasi masih minim langkah pro-aktif penyelenggara Pemilu/Pilkada di tingkat bawah untuk memberi kempatan PwD menggunakan hak pilih seperti transportasi antar jemput ke TPS, alat bantu, bilik suara sesuai kebutuhan PwD dan lain-lain.


Faktor minoritas membuat ketidakpedulian itu semakin kuat.


3. Fasilitas Umum.

Jika menilai fasilitas-fasilitas umum (Rumah Sakit, perkantoran, terminal, pasar, sekolah, kampus dan lain-lain) khususnya NTT, rasanya tidak berlebihan menyebut hampir 100% tidak ada yang memikirkan PwD.


Tidak ada fasilitas khusus yang dibuat untuk menjawab kebutuhan PwD misalnya trek bagi pengguna kursi roda dan tuna netra hingga toilet khusus di tempat-tempat umum. Kembali faktor minoritas berbicara ditunjang opini masyarakat bahwa PwD adalah "orang sakit" yang tidak seharusnya berada di tempat umum. Fasilitas yang disiapkan dirasa akan sia-sia karena hanya sedikit sekali PwD yang memanfaatkannya.


Namun sebenarnya bila diberi kemudahan dan kenyamanan, kaum disabel akan lebih leluasa memanfaatkan fasilitas-fasilitas itu untuk berinteraksi di ruang publik.


4. Kehidupan Sosial.

Dalam interaksi sehari-hari, PwD dilihat seolah sebagai orang "aneh." Keterlibatannya dalam kehidupan bermasyarakat nyaris "ditiadakan", kalaupun ada tidak seberapa dari para PwD harus menjalani perjuangan yang berat. Untuk mengangkat status mereka sebagai "manusia" saja perlu perjuangan tersendiri dan mungkin hasil yang diperolehpun hanya sebatas "rasa kasihan" bukan penghargaan sebagai umat manusia yang mempunyai hak dan martabat setara.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun