Mohon tunggu...
Pithenk
Pithenk Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Pustakawan sebuah Universitas Islam di Yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Politik

Dukun dan Dokter Cari Pembenaran

18 Juni 2014   21:16 Diperbarui: 20 Juni 2015   03:13 143
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

2.Dokter kerja berkelompok dan punya pemahaman diaknosa masing masing dikumpulkan dan di simpulkan karena kalau kelompok diaknosa sakit macam macam bisa berbahaya untuk pasien jadi jika didiaknosa harus bisa menjawab inisakit bunsung lapar atau hamil...akan sangat aneh jika tim doktertersebut sesam tim kok kesimpulan banyak ada yang hamil , busung lapar bahkan kena santet ( dokter percaya santet)

3. Dalam kelompok tersebut agar bisa men-diaknosa harus sesama dokter gak mungkin dalam dokter tersebut merekrut, tukan tambal ban, preman, atau orang yang gak berkompenten di bidang tersebut nah kalau kejadian seperti itu maka masing masing dokter akan mengluarkan statemen yang masing masing kadang malah statemen ngawur asal jeplak, karena tiad mengerti kontek permasalahan yang di derita paseian

4. Dalam menyelesaikan atau mengobatio di butuhkan waktu yang relatif lama dan obat yang berdosis rendah makanya di sini kalahnya dokter dengan dukun yaitu dokter perlu beberap resep obat untuk mengobati sedang dukun cukup "SATU" jampi jampi

inilah sedikit memilah cara kerja dukun dan dokter yang intinya ingin mengobati pasiaen yang sudah 10 tahun sakit perut membesar  dan waktu di persimpangan pasien akau memilih satu resep semua penyakit tersembuhkan sesui selebaran yang sudah di tempel sidukun , atau pergi ke puskesmas untuk memastikan penyakitnya  silahkan pilih sendiri jalan yang mana ..yang kira bisa menyembuhkan

salam kompasiana

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun