Jadi kendati kepakan sayapnya terlihat angkuh dan bermartabat, namun tetap saja, ia tetaplah ibu yang merana tanpa anak-anaknya. Ibarat seorang panglima yang diburu dan terluka, memendam marah karena tak bisa membalas, namun ia juga menolak menyerah.
Selama lebih dari belasan tahun saya meyakini bahwa itu adalah kisah mistis. Namun pengalaman "Sam" meyakinkan saya bahwa jeritan itu dalam segala macam ekspresinya akan terjadi pada spesies apa saja dan di mana saja untuk semua makhluk bernyawa yang disebut dalam bahasa manusia "Induk, Ibu, Mama, Emak, Ine, Ema, Mak, dan sebagainya"--- baik dengan suara maupun tanpa suara.
Tulisan ini sebetulnya saya buat sebelum akhir Oktober untuk Ibuku yang sama seperti perempuan-perempuan Indonesia lainya, Kata Donny Dhirgantoro, "Ada ketabahan dan kekuatan di raut wajah Mama".
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H