Hampir lebih dari lima puluh hari  penuh saya atau tepatnya kami para misionaris Claretian yang berkarya di Paroki Santo Marinus Puurere berjalan, bertumbuh serta bersinar bersama Orang Muda Katolik di sebelas lingkungan wilayah paroki merayakan jumpa orang muda bertajuk Puurere Youth Day.
Awalnya saya berpikir ini hanyalah euforia lanjutan dari World Youth Day di Lisbon dan Indonesian Youth Day di Palembang. Tapi lima puluh hari hari terhitung sejak 03 September sampai 22 Oktober 2023 memberi kesan yang lebih dari itu: kerjasama, kerja keras, kerja bhakti, kerja tenaga, kerja pikiran, kerja budi, dan kerja rasa. Lelah tentu, sakit hati sudah pasti. Terkadang muak karena terus pertemuan, menahan lapar, mengorbankan waktu dan tenaga, menahan malu saat mengantar proposal meminta sumbangan, berjualan klepon dan tiket bioskop, dsb--- mengubah euforia menjadi sesuatu yang saya tafsirkan sebagai sebuah pembuktian: Orang Muda Katolik bisa melakukan sesuatu yang bermakna.
Lima puluh hari yang kami lalui diisi dengan Ekaristi, Taize keliling, Bakti Sosial di mana kami menyumbang 30-an kantong darah ke Rumah Sakit, Pengobatan Gratis, Eksodus Sabda Allah dengan peserta yang mencapai duaratusan, Ziarah Maria yang dikemas dalam tema Jalan Emaus yang mengajak orang muda berdoa Rosario sepanjang jalan sambil menyanyikan lagu Maria dengan berani tanpa malu, menjadikan Gereja terasa bagai panggung orang muda.
Tanggal 21-22 Oktober 2023 perjalanan yang panjang itu ditutup dengan empat ratusan orang muda merayakan ekaristi bersama, berkatakese bersama, menampilkan kreativitas lewat lagu, tari dan puisi dalam malam Pentas Seni, sampai selebrasi kaum muda dengan gawi khas Ende, Jai, dan tak lupa joget dengan diterangi lampu sorot serta sound system yang memekakan telinga. Di situ mereka berjumpa, tertawa bersama, berbagi bersama, dan lebih itu, mereka menjadi dekat dengan Ibu mereka, "GEREJA".
Ada berbagai kejadian konyol di belakang layar yang bagi saya menarik untuk diceritakan.
Pertama, saat Bulan Kitab Suci Nasional saat Lomba Baca Kitab Suci dan Menyanyikan Mazmur untuk orang muda. Ketika saya berjalan ke toilet, saya melihat seorang pemuda sedang mengisap rokok di tangan sambil memegang kitab suci dan membacanya. Ini pengalaman pertama saya menjumpai orang membaca kitab suci sambil mengisap rokok, dan itu terjadi pada orang muda. Dia adalah salah satu peserta yang mencoba mengusir ketakutannya saat hendak membaca Kitab Suci.
Kedua pada tanggal 21 Oktober saat kami panitia sedang mempersiapkan tenda acara. Seorang pemuda yang tampak seperti "buronan" (hahaha) datang pada saya karena ia dan kawan-kawannya mau meminjam gitar dan kahon untuk mempersiapkan Yel-yel kontingen mereka. Saya jadi teringat akan pernyataan dari Rm. Angga, SJ dalam satu seminarnya, mengutip Paus Fransiskus, "Gereja itu ibu dengan banyak anak, ia menerima semua". Perlu dicatat, tahun ini Orang Muda Katolik terbanyak yang terlibat di dalam PYD 23 adalah kaum laki-laki dan ini tidak pernah terjadi sebelumnya.
Ketiga, kemarin saat bongkar tenda kami yang laki-laki kembali berkumpul dan minum kopi bersama. Di situ mereka mulai bercerita, bahwa beberapa hari terakhir, orang-orang muda mereka yang kumpul sambil minum, yang mana selalu membahas mengenai perempuan, game, pertandingan sepak bola, dsb, kini tema-tema tersebut diganti dengan pembahasan tentang harapan, intropeksi serta visi mereka tentang Gereja. Mereka bersinode, melakukan percakapan bersama, dan saya sangat yakin, Kristus hadir di tengah mereka.
Saya teringat akan homili Paus Fransiskus kepada jutaan orang muda yang berkumpul di Lisbon dalam World Youth Day:
  Â
Semalam saat makan malam bersama, Pater Ito, Moderator Orang Muda, mengatakan bahwa ia ingin tidur lebih awal karena selama PYD kemarin dia selalu tidur larut. Tapi ia kemudian menutupnya dengan mengatakan, "Saya merindukan mereka."
Yah! Gereja selalu merindukan orang muda.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H