Mohon tunggu...
Petrus Pit Duka Karwayu
Petrus Pit Duka Karwayu Mohon Tunggu... Lainnya - Penulis Jalanan

Jika kamu tidak bisa membuat orang lain kagum dengan kepintaranmu, maka paling tidak kamu dapat membuat mereka bingung dengan kebodohanmu.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Laudate Deum: Cara Baru Menghuni Bumi!

7 Oktober 2023   11:01 Diperbarui: 7 Oktober 2023   11:03 716
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hal ini mengarah pada konsep kedua, yakni "keseimbangan". Memahami diri kita yang saling terhubung dengan makhluk lain berarti memahami diri kita berada dalam sistem planet yang menyediakan kondisi di mana kehidupan dapat berkembang. Pilihan dan perilaku kita harus dievaluasi berdasarkan potensi dampaknya terhadap keseimbangan ini. Mengutip Laudato si', Fransiskus menulis: "Tanggung jawab terhadap bumi milik Tuhan berarti bahwa umat manusia, yang diberkahi kecerdasan, harus menghormati hukum alam dan keseimbangan yang ada di antara makhluk-makhluk di dunia ini" (62).

Hal tersebut tidak mengurangi hak pilihan manusia. Karena jejak kita di bumi mempunyai dampak yang unik dan berisiko menimbulkan titik kritis yang mungkin sulit atau tidak mungkin untuk dipulihkan: "Kita telah berubah menjadi makhluk yang sangat berbahaya" (28).

Seperti halnya Laudato si', diterbitkan sebelum konvensi iklim Paris pada 2015, nasihat ini jelas dirancang sebagai kontribusi terhadap COP28 yang akan berlangsung di Dubai pada November 2023. Semua hal-hal praktis ini dibingkai oleh wawasan filosofis, sosiologis dan teologis. Jika dunia saling terhubung, dan jika pilihan serta perilaku manusia peka terhadap keseimbangan sistem planet, bentuk politik baru mungkin bisa terwujud.

Paus Fransiskus kemudian menyerukan "diplomasi multilateral" (41). Hal ini didasarkan pada keterwakilan sebanyak mungkin pemangku kepentingan yang menempati ruang di muka bumi ini, terutama mereka yang seringkali terpinggirkan, dan termasuk aktor-aktor non-manusia yang tidak mempunyai "suara" sama sekali. Kita harus memperhatikan "jeritan bumi" sama seperti "jeritan orang miskin".

Sampai pada titik ini, kita tahu bahwa Paus Fransiskus sedang mengundang kita semua "untuk menemani ziarah rekonsiliasi dengan bumi yang merupakan rumah kita" (69). Dan seperti Truman, kita sedang berada di ambang pintu untuk bergerak ke arah yang baru. Beranikah kita mengambil langkah pertama?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun