Keingintahuan seorang anak pada pornografi lazimnya diakibatkan oleh pertanyaan perubahan atas bentuk tubuh saat masa pubertas: laki-laki 11 dan perempuan 10 . Jika mereka tidak memiliki informasi mengenai pubertas dan seksualitas sebelum masa pubertas tiba, dan jika mereka merasa tidak nyaman berbicara dengan orang dewasa, banyak yang akhirnya mencari jawabannya di Internet, di mana pornografi atau perilaku seksual eksplisit dianggap normal. Orang tua dan pendidik harus memberikan jawaban terlebih dahulu agar anak tidak mencarinya di tempat yang salah.
Dapat diasumsikan bahwa anak berusia 8-10 tahun tidak mampu melakukan percakapan demikian, namun, ini adalah usia yang sesuai dengan perkembangannya. Masa kanak-kanak adalah masa formatif. Otak anak dirancang untuk meniru apa yang dilihatnya.
Buku Good Pictures Bad Pictures mendefinisikan proses pemberdayaan anak-anak dengan mengajarkan mereka apa itu pornografi, mengapa pornografi berbahaya bagi otak, dan bagaimana mereka dapat meminimalkan dampaknya setelah adiksi. Informasi ini disampaikan kepada mereka melalui percakapan dengan orang dewasa yang dipercaya.
Pertama-tama, orang dewasa harus tetap tenang. Semakin tenang mereka, anak akan semakin nyaman, dan semakin mudah menerima apa yang disampaikan. Ketidaknyamanan dan kecanggungan yang ditunjukkan akan dicerminkan oleh anak-anak dan mungkin menghambat keterbukaannya di masa depan. Kedua, anak-anak mempunyai radar yang sangat kuat yang menunjukkan tingkat ketulusan dan keaslian, sehingga kejujuran dalam apa yang dibagikan dan bagaimana hal itu dibagikan sangatlah penting.
Orang tua dan pendidik harus mendorong pertanyaan dan memvalidasi kekhawatiran anak-anak. Karena mereka mungkin enggan bertanya, penting bagi orang dewasa memberi mereka informasi yang memadai tentang pornografi. Informasi yang cukup membuat mereka memahami topik tanpa merasa tersinggung.
Perlu dicatat, pembicaraan pornografi tidak boleh anti-seksual. Ini bukan waktunya menciptakan rasa takut akan seks atau rasa malu terhadap tubuh manusia. Baik remaja yang sedang melalui masa pubertas atau yang belum, penting untuk meyakinkan mereka bahwa pubertas adalah wajar dan normal. Namun perlu diperhatikan beberapa hal negatif yang harus dihindari.
Orang dewasa tidak boleh mendominasi pembicaraan, meremehkan pendapat anak, mengabaikan pertanyaan. Jika anak menutup diri pada percakapan awal, dia tidak akan terbuka untuk membahas topik tersebut di kemudian hari. Sebaliknya, anak harus diberi ruang berbicara. Orang dewasa juga tidak boleh melampiaskan rasa takut atau marah, terutama jika anak tersebut mengaku pernah melihat pornografi. Atas dasar tersebut, kita perlu menghindari pernyataan yang mengancam seperti, "Jika saya memergokimu melakukan hal itu, saya akan . . ."
Ancaman dan larangan tidak akan mengatasi rasa keingintahuan yang dimiliki anak-anak dan remaja. Burung unta tampak konyol berdiri dengan kepala di pasir. Banyak orang tua yang dengan melontarkan laknat pada sebuah buku, majalah, atau film yang mereka anggap tidak akan ditonton oleh anak mereka, ternyata, hanyalah membuat anak mereka menontonnya secara rahasia.Â
Buku Good Pictures Bad Pictures, sebagaimana disebutkan, dimaksudkan untuk dibaca oleh anak-anak dan orang dewasa bersama-sama, memberikan ruang untuk berdiskusi. Buku tersebut menjelaskan bahwa pornografi dapat melukai otak, namun orang-orang tertarik padanya karena pornografi bertindak seperti magnet, menipu otak agar ingin melihat lebih banyak. Buku ini secara umum membahas kecanduan, dan kemudian membedakan antara otak perasaan (amigdala), yang bertanggung jawab atas emosi dan naluri bertahan hidup, dan otak berpikir (neuro cortex), yang belajar benar dan salah serta mengendalikan diri. Buku ini diakhiri dengan memperkenalkan rencana permainan kapan saja seseorang mungkin menemukan pornografi secara terbuka dan jujur. Kelebihan buku ini terletak pada metodenya yang menawarkan rencana tindakan ketika seorang remaja bersentuhan dengan pornografi--- yang disebut rencana CAN DO.
Pertama, anak (atau orang dewasa) harus memejamkan mata dan berpaling. Semakin lama seseorang memandang, semakin kuat pula ingatannya. Kedua, waspadai orang dewasa yang mudah percaya. Merahasiakan pornografi akan lebih mengganggu anak daripada memberitahukannya. Jika anak merasa tidak nyaman mengatakan secara langsung, dapat ditinggalkan catatan. Ketiga, beri nama jika sudah terlihat. Katakan, "itu pornografi" dengan lantang. Memberi nama akan membantu otak berpikir untuk menolaknya. Keempat, anak (atau orang dewasa) harus mengalihkan perhatiannya dengan melakukan sesuatu yang positif atau yang bersifat fisik. Latih otak berpikir untuk fokus pada sesuatu yang berbeda. Terakhir, anak harus memerintahkan untuk menjadi bos yang dapat mengendalikan pikiran yang mengembara.