Mohon tunggu...
Petrus Pit Duka Karwayu
Petrus Pit Duka Karwayu Mohon Tunggu... Lainnya - Penulis Jalanan

Jika kamu tidak bisa membuat orang lain kagum dengan kepintaranmu, maka paling tidak kamu dapat membuat mereka bingung dengan kebodohanmu.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Tentang Menantu dan Mertua

12 Januari 2022   07:28 Diperbarui: 12 Januari 2022   07:32 553
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Markus bahkan menempatkan kata "membangunkan" dengan termin (egerthe), kata yang sama dengan yang ada dalam catatan Markus tentang Kebangkitan (Mark 16:6).

Saya menduga, kisah Markus ini bukan hanya cerita tentang penyembuhan ajaib Yesus layaknya keajaiban Dewi Kl. Sebaliknya, Markus membuat hubungan langsung dengan Kebangkitan Yesus. 

Mertua Petrus telah diselamatkan dari kematian dan dibawa ke dalam bentuk kehidupan baru yang ditentukan oleh pelayanannya, diakonew (Mark 1:31), mirip diakonia yang berarti pemuridan Yesus. Dan itu ditentukan oleh iman. Tidak keliru bila Benediktus XVI pernah menyebut bahwa, "Bahkan dalam menghadapi kematian, iman dapat memungkinkan apa yang tidak mungkin secara manusiawi". Lantas apa yang dapat diambil dari kisah ini?

Para sahabat yang terkasih! Salah satu bagian tersulit dari penderitaan sakit adalah rasa kesepian dan keterasingan. Terlepas dari upaya terbaik keluarga maupun kolega, dunia kita bisa menjadi sangat kecil, terbatas pada kamar, tempat tidur, atau bahkan tubuh kita sendiri. 

Salah satu realitas penyakit yang paling sulit dan paling mengisolasi adalah bahwa, pada akhirnya, tidak ada yang benar-benar dapat memahami apa yang kita rasakan. Sangat mudah untuk memahami mengapa mereka yang menghadapi penyakit serius atau kronis terkadang kehilangan harapan.

Saya ingat tiga orang pelukis ternama yang sempat menjadikan kisah penyembuhan mertua Petrus ini sebagai inspirasi. Yang pertama adalah Rembrandt (1606-1669). Master Belanda ini melukis dengan sangat personal, yakni Yesus menggenggam tanggan si mertua dan mengangkatnya. 

Tidak ada tokoh lain. Selanjutnya pelukis Prancis Jacques Tissot (1836-1902), yang kendati mirip Rembrandt, ia menambahkan satu tokoh lain yang umumnya ditafsir Petrus. Dan yang paling saya sukai adalah yang terakhir, pelukis Inggris John Bridges (1818-1854). 

Berbeda dengan Rembrandt dan Tissot, Bridges memperluas lukisannya dengan  sembilan orang, dengan empat lagi di latar belakang (12 Rasul seluruhnya). Selain itu, jika dua pelukis sebelumnya menggambarkan si mertua yang terbaring di lantai, Bridges justru menempatkannya di atas tempat tidur.     

Para sahabatku! Menjadi murid Yesus berarti menyertai Dia di dalam misi-Nya. Atau jika ingin lebih, menjadi "Mereka yang segera memberitahukan keadaannya kepada Yesus" (Mark 1:30). 

Semoga dengan tindakan yang 'lebih' itu, semua orang-orang malang dapat mengidungkan bait pertama dari Mazmur tanggapan hari ini, "Aku sangat menanti-nantikan Tuhan; lalu Ia menjengukku dan mendengar teriakku minta tolong". 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun