Dalam imajinasi populer, Injil Markus berakhir suram: "mereka takut". Hanya pesan bahwa Yesus telah dibangkitkan, dan perintah untuk kembali ke Galilea. "Jangan khawatir; kalian mencari Yesus dari Nazaret, yang disalibkan. Dia telah dibangkitkan; dia tidak ada di sini. Lihat, di sanalah mereka membaringkannya. Tetapi pergi, beritahu murid-murid-Nya dan Petrus bahwa dia akan mendahului kamu ke Galilea; di sana kamu akan melihatnya."
"Aku akan pergi mendahului kamu ke Galilea". Kata-kata ini mengingatkan kita tentang para murid di Getsemani: mereka "semua meninggalkan Dia dan melarikan diri". Pesan yang Yesus katakan kepada mereka pada saat itu adalah: "imanmu akan tergoncang... tetapi setelah Aku dibangkitkan, Aku akan pergi mendahului kamu ke Galilea".
Setelah kematian Sang Guru, para murid terceraiberai; iman mereka terguncang, kepastian mereka runtuh dan harapan mereka sirna. Tapi pesan dari para wanita bagai secercah cahaya dalam kegelapan.
'Jangan takut' dan 'pergi ke Galilea'. Kata-kata ini menunjukkan bagaimana para murid membedakan jalan ke depan setelah Sengsara, Kematian dan Kebangkitan Tuhan. Apa pentingnya kembali ke Galilea?
Galilea adalah tempat segala sesuatu dimulai; tempat para murid pertama kali dipanggil. Kembali ke Galilea berarti membaca ulang segala sesuatu atas dasar salib dan kemenangannya tanpa rasa takut. Untuk membaca ulang semuanya: khotbah Yesus, mukjizat-Nya, komunitas baru, kegembiraan dan pembelotan, bahkan pengkhianatan, mulai dari akhir, yang merupakan awal baru, dari tindakan kasih yang tertinggi.
Namun, berangkat ke Galilea juga perjalanan yang menyedihkan. Dengan mempercayai kisah luar biasa Maria Magdalena dan teman-temannya, para murid berangkat dalam ketakutan dan berharap melihat Yesus yang bangkit dari kematian. Tidak ada jaminan. Tidak ada buku panduan. Bahkan tidak ada janji. Hanya sebuah instruksi.
Setiap Jumat Agung, ada narasi Sengsara Yohanes. Selama narasi, beberapa pertanyaan diajukan: 'Siapa yang kalian cari?' ( Yoh 18: 4,7), 'Bukankah kamu salah satu dari murid orang itu?' ( Yoh 18:25) dan 'Tuduhan apa yang kamu ajukan terhadap orang ini?' ( Yoh 18:29).
Yang menarik adalah tengah dari tiga pertanyaan yang ditujukan adalah kepada Petrus. Meskipun Petrus ingin tetap setia kepada Yesus, rasa takut menguasai dirinya.
Dihadapkan pada pilihan antara memotong dan berlari di satu sisi dan kemungkinan kematian di sisi lain, berapa banyak orang yang akan memilih kematian? Berapa banyak orang yang akan memilih Letnan Kolonel Arnaud Beltrame, yang baru-baru ini mengajukan diri untuk menggantikan sandera selama serangan teror di supermarket Prancis dan kemudian kehilangan nyawanya setelah ditembak tiga kali?
Karena tindakan selalu berbicara lebih keras daripada kata-kata, setiap kali kita mengkompromikan kebaikan Tuhan, atau merusak hak orang lain atas martabat dan kehidupan, kita bergabung dengan Petrus yang menyangkal bahwa kita adalah murid Kristus. Tetapi Petrus yang malang, berubah-ubah, dan impulsif menemukan jalannya ke Galilea dan di sanalah pemuridannya dimulai. Beberapa membutuhkan waktu untuk menetap dan menjadi dewasa.
Bagi kita, juga, ada 'Galilea' di awal perjalanan kita bersama Yesus. "Pergi ke Galilea" berarti menemukan kembali baptisan sebagai mata air yang hidup kita, menarik energi baru dari sumber iman kita dan pengalaman Kristen kita. Kembali ke Galilea berarti, di atas segalanya, kembali ke terang di mana rahmat Tuhan menyentuh kita di awal perjalanan.
Dalam kehidupan setiap orang Kristen, setelah baptisan ada juga 'Galilea' yang lain: pengalaman perjumpaan dengan Yesus yang memanggil untuk mengikuti Dia dan berbagi dalam misi. Dalam pengertian ini, kembali ke Galilea berarti menyimpan dalam hati memori yang hidup akan panggilan, ketika Yesus melewati jalan kita, menatap kita dengan belas kasih, dan meminta kita mengikuti-Nya. Kembali ke sana berarti menghidupkan kembali ingatan saat mata-Nya bertemu, saat Dia membuat kita menyadari bahwa Dia mencintai kita.
Dimana Galilea? Galilea tidak harus menjadi tempat. Itu adalah situasi, kerangka berpikir, atau pilihan yang dibuat. Galilea bisa menjadi perjalanan yang menyedihkan. Bisa pula berupa janji yang putus asa, hubungan yang rusak, atau harapan yang tidak terwujud. Itu mungkin hanya keadaan biasa-biasa saja dalam kehidupan sehari-hari. Apa pun itu, pesan Paskah yang penuh kegembiraan dan harapan adalah janji yang dibuat kepada kita bahwa Kristus tidak hanya ada di sana ketika kita tiba.
Di sana Tuhan sedang menunggu. Jangan takut, jangan takut, kembali ke Galilea! Kita perlu kembali ke sana, untuk melihat Yesus bangkit dan menjadi saksi kebangkitan-Nya. Ini bukan untuk kembali ke masa lalu. Ini adalah kembali ke cinta pertama, untuk menerima api yang Yesus nyalakan di dunia dan untuk membawa api itu ke semua orang sampai ke ujung bumi. Man on Fire with God's Love--- Kembali ke Galilea, tanpa rasa takut!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H