Teologi, bagi Pieris, pada dasarnya bukanlah fides quaerens intellectum (iman untuk mencari pemahaman), tetapi fides promovens justitiam (iman yang mempromosikan keadilan) atau fides promovens liberationem (mempromosikan pembebasan iman). Pembebasan siapa dan dari apa? Bagi Pieris, pembebasan orang kaya dari kekayaan mereka, orang miskin dari kemiskinan yang dipaksakan, dan keduanya dari "keserakahan".Â
Saya mengakui bahwa melakukan teologi seperti yang direkomendasikan dan dilakukan Pieris itu sulit. Keras dalam dua hal. Pertama, ketat secara akademis. Pieris tidak pernah lelah berkeras tentang perlunya menguasai alat-alat ilmiah dan keterampilan linguistik untuk melakukan teologi dengan benar. Dia memimpin dengan memberi contoh: selain fasih dalam beberapa bahasa Eropa dan Asia, dia telah menguasai bahasa klasik seperti Ibrani, Yunani, Latin, Sanskerta, dan Pali. Kedua, disiplin spiritual. Teologi adalah spiritualitas dan sebaliknya spiritualitas adalah teologi. Tidak heran jika saya sebagai seorang pemula akan tetap menjadi pemula atau pemula di sekolah Pierisian.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H