Rujukan Marcion pada kata-kata Paulus, 'daging dan darah tidak akan mewarisi Kerajaan', tentu menantang bagi tradisi ortodoks. Konsekuensinya, doktrin Sabda yang menjelma direduksi menjadi simbol realitas Sabda sebagai utusan Ilahi, dalam rupa kemanusiaan daging. Penyaliban adalah ilusi.Â
Kematian dan kebangkitan tubuh adalah alegori perjalanan jiwa-jiwa yang diselamatkan, bukan realitas sejarah intra-duniawi. Nuansanya adalah keterpecahan materi dan roh. Hanya dengan Roh manusia diselamatkan.Â
Pertanyaannya, bukankah kita idak harus religius untuk terjebak dengan identitas agen intelektual yang melarikan diri dari kenyataan cacat dunia, yang setelah menemukan drive warp, melupakan identitas kita sebagai makhluk berwujud? Irenius berkata "Jika manusia tidak hidup dalam simbiosis lingkungan, mereka tidak hidup sama sekali".
Ketika Irenius menyajikan pandangan ortodoks, dia menegaskan bahwa Allah Pencipta Perjanjian Lama dan Allah Perjanjian Baru adalah satu dan sama. Roh Allah meliputi dan menuntun seluruh ciptaan.Â
Firman Tuhan sungguh memasuki dunia, dan tubuh kedagingan sungguh mati dan bangkit. Baginya Perjanjian Lama relevan: seruan keadilan, pembagian barang, pembelaan hak-hak orang miskin--- adalah sentral dalamTaurat dan nubuat para nabi. Tidak ada satupun tergantikan dalam Perjanjian Baru.Â
Keduanya mengungkapkan makna pengorbanan dan pemujaan agama, yaitu pertobatan batin dan hidup benar--- pengorbanan Kain tidak diterima Allah karena kegagalannya dalam persekutuan, yakni membagikan apa yang telah ia terima dari bumi. Dan persekutuan ini berlaku dalam perayaan Ekaristi.
Bagi Irenius, "Roti dan anggur adalah anugerah Sang Pencipta. Ekaristi artinya, makanan yang nyata, roti dan anggur, berubah dengan makanan yang nyata bagi kehidupan yang akan datang melalui tubuh dan darah Tuhan. Karya sang pencipta mengalir ke dalam karya penebus, dan pertumbuhan menuju penebusan mengalir melalui pertumbuhan penciptaan yang berkelanjutan secara Ilahi. Pada titik inilah Irenius mencela logika Kristen Gnostik. Ia menyatakan, "Dia adalah Firman-Nya, pohon yang berbuah, aliran yang mengalir, dan bumi yang bertunas... bagaimana mungkin mereka tidak mengakui bahwa daging dapat menerima kehidupan kekal? .... Jika [daging] tidak diselamatkan, Tuhan tidak menebus kita dengan darah-Nya, dan cawan Ekaristi tidak memberi kita bagian dalam darah-Nya." "Bagaimana kita tidak mengakui bahwa tubuh manusia dipelihara oleh tubuh dan darah Tuhan, ditakdirkan untuk kekekalan?"
Akhirnya Irenius menyajikan sebuah visi tentang ciptaan baru mengikuti Kejadian 1, yang tanpa malu-malu antroposentris. Semua hewan akan sepenuhnya tunduk pada manusia yang ditebus, tanaman akan bersaing satu sama lain untuk memberi mereka lebih banyak buah.Â
Namun Pokok anggur adalah milik dunia dan di dunia yang akan datang--- surga fisik yang dapat dikenali, diperbarui, dibebaskan, dan dipulihkan. Ciptaan baru tidak terletak pada konstruksi intelektual, tetapi sudah dilirik dalam dunia pengalaman.Â
Tentu Irenaeus tidak menawarkan program untuk hidup selaras dengan ciptaan. Dia hidup di masa ketika semua degradasi dan eksploitasi lingkungan digunakan untuk memberi makan Kekaisaran Romawi--- yang memberi makan adalah kebanyakan orang yang dekat dengan tanah, dan jauh lebih sadar akan kerentanan terhadap keinginan alam.Â
Itulah sebabnya, ia memperingatkan kita untuk tidak merusak narasi penciptaan dan penebusan, dan menawarkan alternatif yang dapat memacu refleksi kita sendiri tentang seperti apa bentuk program peduli terhadap ciptaan.Â