Mohon tunggu...
Petrus Pit Duka Karwayu
Petrus Pit Duka Karwayu Mohon Tunggu... Lainnya - Penulis Jalanan

Jika kamu tidak bisa membuat orang lain kagum dengan kepintaranmu, maka paling tidak kamu dapat membuat mereka bingung dengan kebodohanmu.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Fiksiana | Rosa

22 April 2020   13:30 Diperbarui: 22 April 2020   13:28 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.gardenia.net/plant/rosa-dark-night

Teruntukmu sodaraku #Wayan Bisma Pramanta (dan semua wanita Indonesia). Selamat hari Kartini! Sudah lama, kita tidak ngobrol bersama, ngopi atau bahkan bernyanyi sambil memanggang ikan hasil tangkapan di depan rumah.

Bagaimana kabarmu? Karena hari ini adalah hari Kartini, dalam surat ini saya ingin sekali lagi mendongeng untukmu. Anggaplah sebagai cerita-cerita yang selalu kuceritakan setiap kali kita bersua muka. Mohon jangan bosan membacanya.

Pada suatu hari, seorang ibu yang beranak banyak ditinggali suaminya ke negri Jiran. Ibu itu lalu menjadi gila sewaktu tiga bulan pasca kelahiran anaknya yang terakhir. Anak yang ketika beranjak tumbuh disebut anak sial oleh beberapa orang, bahkan hampir disita sebagai tebusan hutang ayahnya--- yang tidak pernah berbicara dengannya lebih dari lima menit. Seharusnya hidup harus berhenti waktu itu, waktu ibunya yang sedang mengandung mengguling diri di aspal terik, dan akhirnya melahirkan.

Kadang aku bertanya, mengapa anak sial itu tidak mati sewaktu dirawat di RS Umum dengan seluruh selang di tubuhnya? Mengapa dia tampak seperti anak kera? Mungkin dengan tidak hidup, dia tidak akan mendengar isak tangis kebahagiaan kedatangannya di dunia--- "Biarlah hilang lenyap hari kelahirannya, dan malam yang mengatakan: seorang anak laki-laki telah ada dalam kandungan.

Biarlah hari itu menjadi kegelapan, dan janganlah cahaya terang menyinarinya. Ya, biarlah pada malam itu tidak ada yang melahirkan, dan tidak terdengar suara kegirangan dan janganlah ia melihat merekahnya fajar karena tidak ditutupnya pintu kandungan ibunya. Mengapa dia tidak mati waktu lahir, atau binasa waktu keluar dari kandungan? Mengapa pangkuan menerimanya, mengapa ada buah dada sehingga dia dapat menyusui?"

Aku tidak tahu. Sejauh yang kutahu, karena ibunya menjadi gila, tiga bulan setelah kelahirannya, anak itu lalu diasuh oleh sepasang keluarga yang tidak memiliki anak. Rosa dan Bone adalah nama sepasang keluarga itu. Anak itu tumbuh besar dengan segala kecukupan, bahkan berkelimpahan. Tidak akan ada lagi yang mengungkit-ungkit masa lalu, karena semua kekurangan, keterbatasan bahkan martabat diri diberikan oleh kedua pasangan ini. Namun sesuatu berubah. Seperti katamu Wayan, semestalah yang akan menceritakan masa lalu itu dengan menghadirkannya kembali. Saat itu anak tersebut tengah dalam masa mencari jati diri. Bone, si pencari nafkah, pergi meninggalkan mereka berdua.

Sodaraku Wayan, anak itu tidak mengenal takdir, atau pun Shamshara. Yang ia tahu, saat itu kehidupan berubah. Mereka harus belajar makan dari tangan sendiri, menunduk hingga tenggelam di dalam bumi.

Pada saat itulah Rosa yang semula selalu menjadi wanita malas, gemuk, dan selalu tangguh, harus belajar menjadi rajin, menjadi kurus, dan belajar meminta belas kasih. Semua itu bukan untuk dirinya, namun untuk anak sial itu yang berpuluh tahun dirawatnya sebagai anak sendiri. Ia yang dulunya harus berpangku kaki menelan gulai kambing, kini harus berjalan sejauh dan selama mungkin dengan sayur yang dijualnya sehargga 3.500 per porsi. Atau jika itu tidak cukup, ia harus menjemur diri seperti ikan kering berjualan tuak di pelabuhan. Dan kalaupun itu tidak cukup, ia akan berjudi hampir setiap malam, dan di setiap kesempatan. Mungkin kamu menganggap rendah Rosa ini, namun dari laba yang ia dapat dari berjualan sayur, tuak, dan berjudi, anak sial tadi bahkan tidak memiliki kesempatan bertanya, di mana Bapak, karena segalanya masih tercukupi. Pesannya, anak-ku harus sekolah.

Wayan sodaraku, kamu lebih mengerti arti kehidupan karena kebiasaanmu mendengar bisikan semesta. Dapatkah kamu menjelaskan padaku, mengapa ada dalam kehidupan manusia seorang ibu yang tidak pernah melahirkan, namun insting keibuannya mampu mengasihi layaknya seorang ibu kandung? Mengapa ikatan batin dapat terjalin tanpa hubungan darah?

Suatu kali usaha Rosa menjual sayur sudah tidak menguntungkan lagi. Pasar harus bersaing. Ia akhirnya meminta anak itu kembali kepada orangtua kandungnya yang saat itu mulai dipandang masyarakat. Ia menangis di depan tangga, meratapi nasipnya, "Mengapa ada kehidupan di mana kebahagiaan itu sulit direngkuh? Mengapa sulit menjadi kaya? Dan mengapa sulit mencintai seorang yang pada kenyataannya telah berbagi hati?

Maaf aku salah. Sebenarnya kesedihan terdalam Rosa adalah, mengapa Tuhan tidak memberikannya keturunan, untuk diperhatikan mertua, suami, dan masyarakat.

"Ibu", anak itu memanggil. "I will not leave you. Mungkin takdir kita untuk tidak bahagia di sini."

Sayangnya. Janji anak itu hanya isapan jempol semata. Sewaktu dia menamatkan studinya di bangku sekolah, ia pun memutuskan untuk merantau ke tempat yang tidak pasti, mengejar cita-cita yang setinggi langit. Kepergiaan itu dirayakan dengan gembira oleh ibu kandung dan saudara-saudaranya....

 Namun di tengah kemeriahan pesta, Rosa tidak hadir. Ia menarik diri dari keramaian.... kembali ke rumah menjahit sehelai sapu tangan untuk menghapus air matanya yang jatuh entah kapan berhenti. Dan tiba-tiba anak sial itu sudah tertidur dipangkuannya, mencium kakinya, meminta maaf dan sekaligus restu.

"Jangan memaksa ibu untuk belajar hidup sendiri?"

"maafkan aku bu?"

"Sudah jangan menangis."

"Mengapa tidak hadir di sana." Seru anak itu dengan tangisan yang semakin besar.

"Ibu malu. Sudah jangan menangis. Nanti ibu tidak akan memberi restu. Ini air mata kebahagiaan, bahwa tugas ibu sudah selesai."

"Tidak bu. Jangan bilang begitu."

"Sudah. Kemasi barang-barangmu. Satu pesan ibu, kalau kamu berhasil menjadi orang, jangan sakiti hati perempuan. Karena menjadi kuat sekaligus lemah dalam waktu bersamaan, itu melelahkan." Ibu itu lalu bangun memegang tangan anaknya dan membawanya ke kamarnya.

"Ibu bangga meski tidak melahirkanmu."

Rosa lalu mencium kening anaknya dan beranjak ke kamarnya dan tidak pernah keluar lagi, sampai hari kematiannya. Dan kamu pasti kaget, Rosa itu lahir bersama dengan Kartini, dan moto hidup mereka sama: "Habislah Gelap, Terbitlah Terang!"

Sodaraku, Wayan. Demikianlah surat ini kutuliskan untukmu, dan untuk para wanita di emperan kali Jode yang kujumpai menjual diri seharga 70.000.- dengan tenda karung alakadarnya. Selamat hari Kartini: orang mungkin menganggap kita rendah, tapi Rosa mengajarkan kita bahwa kebahagiaan itu tidak lain dari menjemput penderitaan dan memeluk pengorbanan-pengorbanan. Hanya satu yang ia lupakan, PENDERITAANNYA SEHARUSNYA DITERIAKAN!

(Dan selamat ulang tahun untukmu di surga, bahagia di sana, dan lupakanlah Anak yang sial itu, biarlah air matamu hanya membasahi rumah tua itu, dan bukan rumah Bapa di Sorga)

Petrus Pit Duka Karwayu

Yogyakarta, 21 April 2020.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun