Wajah yang sama terus berpapasan di setiap perhentian langkah di pagi hari. Semuanya ini menghantar kami sampai pada pemahaman bahwa kami dan mereka tengah diarahkan pada jalan yang sama memandang Tuhan dalam tanur Claretian.
Bila kita membaca pengalaman Claret di Vich akan pengalaman tanur, kita akan menemukan suatu keterpisahan tegas antara euforia kaum muda Claretian dan semangat mereka. Claret mengidentifikasi dirinya sebagai sebatang besi yang dibakar dalam api yang bernyala. Setelah itu dipukul berulang kali dalam ritme yang sama hingga besi itu mendapat bentuk seturut keinginan si Pandai Besi. Bila diterjemahkan ke dalam konteks Kana, Orang Muda Claretian pun sebetulnya sedang berusaha memfaktakan Claret dalam pengalaman tanur.
Mereka adalah besi yang rela membiarkan diri mereka dibakar dalam keberagaman Orang Muda Claretian (furnace), dikeluarkan dan dipukul berulang kali dalam irama yang sama selama tujuh hari dalam pengalaman kebersamaan sampai mendapat bentuk yang sesuai lewat pengsayaan yang membanggakan. Mereka adalah aktualisasi nyata Claret yang kini tengah memandang bahagia Allah di surga.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H