Mohon tunggu...
Fitri Aljazera
Fitri Aljazera Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Airlangga

INFJ-T yang hobi menulis.

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Bahasa Indonesia: Internalisasi atau Internasionalisasi?

16 Mei 2023   17:50 Diperbarui: 16 Mei 2023   18:12 273
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bukan tidak mungkin bahasa Indonesia dikenal khalayak luas dan menjadi bahasa internasional seperti yang telah lama dicita-citakan bangsa ini. Bukan tidak mungkin bahasa Indonesia digunakan secara murni untuk perkembangan modernisasi. Dan bukan tidak mungkin pula, bahasa Indonesia dijadikan acuan berbahasa seluruh insan di dunia. Tidak ada yang tidak mungkin, asal seluruh lapisan masyarakat mau berkontribusi dalam mewujudkanya serta menjaga konsistensi meski tantangannya akan sangat berat.

Menurut pasal 44 Undang-Undang Nomor 24 tahun 2009, 1) Pemerintah meningkatkan fungsi bahasa Indonesia menjadi bahasa internasional secara bertahap, sistematis, dan berkelanjutan; 2) Peningkatan fungsi bahasa Indonesia menjadi bahasa Internasional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikoordinasi oleh lembaga kebahasaan; dan 3) Ketentuan lebih lanjut mengenai peningkatan fungsi bahasa Indonesia menjadi bahasa Internasional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam Peraturan Pemerintah. Digaungkan, diagungkan, diperdengarkan dengan harapan bahwa misi pemerintah ini akan segera terwujud.

Seperti yang dijelaskan saat seminar internasional di Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Airlangga, bertajuk "Internasionalisasi Bahasa Indonesia" pada tanggal 28 Oktober 2022, salah satu universitas yang mengadopsi bahasa Indonesia sebagai mata kuliah mereka adalah Universitas Azerbaijan. Sejak tahun 2007 sampai sekarang, setiap tahunnya terdapat 10 mahasiswa yang bergabung sehingga jika ditotalkan berjumlah 150 mahasiswa secara keseluruhan. Pihak universitas bahkan turut memfasilitasi budaya demi terselenggaranya pembelajaran bahasa Indonesa yang optimal. Fakta ini menggembirakan, sebuah tanda untuk maju. Bahasa Indonesia memiliki potensi. Kita harus optimis bahwa internasionalisasi akan segera terwujud.

Habib Zarbaliyev, seorang profesor dari Azerbaijan menjelaskan, terdapat beberapa metode pengajaran bahasa Indonesia untuk penutur asing. Pertama, tipologi. Beliau menjelaskan bahwa poin pertama ini tidak ada spesifikasi. Kedua, integratif. Sastra merupakan zat yang tidak terbantahkan. Beliau juga menyinggung bahwa ternyata struktur pantun Indonesia dan Azerbaijan tidak jauh berbeda. Ketiga, interaktif. Jangan sampai salah mengucapkan artikulasi sebab terlampau banyaknya jenis kata dan sinonim yang beragam dalam bahasa Indonesia.

Selain Prof. Dr. Habib Zarbaliyev, Bapak Moch. Jalal, S.S., M. Hum. juga memaparkan bahwa saat ini sudah ada enam bahasa PBB, yaitu bahasa Inggris, Perancis, Rusia, Spanyol, Mandarin, dan Arab. Kemendikbud menargetkan pada tahun 2045, bahasa Indonesia akan menjadi salah satunya. Dilansir dari Kementerian Luar Negeri, bahasa Indonesia kini berada di peringkat 25 dari 250 bahasa asing di dunia. Bahasa Indonesia digunakan sebagai bahasa kedua di banyak negara.

Terlepas dari titik fokus internasionalisasi bahasa Indonesia, terdapat permasalahan yang tidak kalah penting yakni internalisasi. Internasionalisasi akan tercapai apabila seluruh lapisan masyarakat Indonesia telah menggunakan bahasa mereka secara baik dan benar. Di Asia Tenggara sendiri, bahasa yang paling banyak digunakan ialah bahasa Thailand, diikuti bahasa Indonesia, bahasa Melayu, bahasa Vietnam, dan bahasa Tagalog. Jumlah penduduk Indonesia paling besar, tapi mengapa bahasa Thailand yang lebih banyak digunakan? Hal ini membuktikan bahwa masyarakat Indonesia belum menginternalisasikan bahasa Indonesia dan menjadikannya sebagai bahasa sehari-hari.

Lalu, apa yang harus dilakukan masyarakat Indonesia demi membentuk internalisasi secara menyeluruh? Pertama, kurangi inggrisisasi. Terlihat dari banyaknya bahasa gaul yang marak dan lebih dipandang "elok", membuat anak-anak muda sekarang mencampur bahasa Indonesia dengan bahasa Inggris. Kedua, hindari nasionalisme setengah hati. Saya Indonesia, Anda Indonesia, kami Indonesia, kita Indonesia. Tanamkan rasa cinta tanah air dalam diri masing-masing. Semaju apa pun negara lain, Indonesia tetap disanjung. Dan yang terakhir, standarisasi diri sendiri. Refleksi diri sendiri, apakah selama ini saya sudah mencintai bahasa Indonesia?

Jika internalisasi bahasa Indonesia sudah, internasionalisasi akan lebih mudah dicanangkan. Upaya-upaya konkret dalam menyebarkan bahasa Indonesia seperti menggunakan bahasa Indonesia dalam forum-forum internasional, mempromosikan bahasa Indonesia keluar negeri dalam setiap kesempatan, atau merintis kreativitas terkait pembelajaran bahasa Indonesia melalui sosial media. Peluang itu banyak, tapi mau tidak kita manfaatkan?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun