Aku dan primata, jika boleh dikata tidak terpisah satu dengan yang lain
Ya, tak terpisah karena aku harusnya harmoni
Harmoni karena kita satu kesatuan
Satu kesatuan yang tidak terpisahkan
Aku, primata bersama sejatinya untuk keberlanjutan nafas hidup
Aku untuk hidup, demikian juga dengan primata
Hidup untuk bersama karena aku dan primata entah kapan akan berakhir atau berlanjut
Aku dan primata kini sudah berubah wujud karena setahuku, aku tak utuh seutuhnya
Peranku dan peranmu primata dipandang seolah sebelah mata
Mengapa seperti itu? Ya, lihat, apa yang mendera dan terjadi pada nasib rumah bersama
Rumahku, rumahmu pula
Tetapi rumahku dan rumahmu yang banyak orang katakana sebagai habitat
Ya aku adalah tajuk-tajuk yang berdiri kokoh itu
Sama dengan ku, primata juga tak kalah penting karena kami sama-sama perlu harmoni
Harmoni pada sesama karena aku katanya berguna bagi semua
Lihatlah derai, tangis semua dan sesama seolah mengadu kepadaku tentang rindu
Suara merdu yang bersahutan menjadi penanda harmoni di alam liar
 kini berubah menjadi sendu dan sepi
Riuh ragam primata dan satwa berubah dengan menjelma teriakan pongah karena tingkah polah kita manusia yang selalu lupa atau sengaja lupa
Lihatlah dogma manusia selalu memaksa karya ciptaan Ilahi yang harusnya dibiarkan selalu dijaga tetapi didera dengan tindakan nyata
Berharap, ada kata secercah harapan agar boleh kiranya menjaga bersama agar harmoni hingga selamanya.
Â
Ketapang, Kalbar 30 Januari 2025
Petrus Kanisius-Yayasan Palung
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI