Mohon tunggu...
Petrus Kanisius
Petrus Kanisius Mohon Tunggu... Wiraswasta - Belajar Menulis

Belajar menulis dan suka membaca. Saat ini bekerja di Yayasan Palung

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Menganyam Tikar Pandan Sekaligus Merawat Tradisi Leluhur dan Lingkungan

10 Oktober 2024   14:25 Diperbarui: 10 Oktober 2024   14:35 122
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Keterangan Foto 4 : Ibu Ida, perajin tikar pandan yang membuat kreasi  tas dipadukan dari  anyaman tikar pandan. Foto dok. (Program SL-YP).

Menganyam tikar pandan sekaligus melestarikan tradisi leluhur dan lingkungan. Setidaknya itulah yang dilakukan oleh para perajin binaan/dampingan Yayasan Palung (YP).

Ya, benar saja, mewarisi tradisi menganyam yang dilakukan oleh para peranjin tikar pandan ini merupakan warisan yang masih terjaga hingga kini.

Budaya menganyam bagi masyarakat di Tanah Kayong (sebutan untuk masyarakat lokal di Kayong Utara) masih menjalankan tradisi dan budaya ini.

Konon, menurut cerita, dulu, bagi wanita yang belum bisa menganyam maka belum boleh berkeluarga (menikah). Jadi, jika boleh dikata, ini sudah menjadi tradisi dan budaya masyarakat setempat, dengan demikian secara tidak langsung para wanita yang ingin berkeluarga harus belajar dan harus bisa menganyam. Masyarakat pun masih mewarisi tradisi dan budaya menganyam ini sampai saat ini.

Keterangan Foto 2: Perajin menganyam tikar, merawat tradisi sekaligus lingkungan. Foto dok. (Program SL-YP).
Keterangan Foto 2: Perajin menganyam tikar, merawat tradisi sekaligus lingkungan. Foto dok. (Program SL-YP).

Keterangan Foto 3 : Perajin menganyam tikar, merawat tradisi sekaligus lingkungan. Foto dok. (Program SL-YP). 
Keterangan Foto 3 : Perajin menganyam tikar, merawat tradisi sekaligus lingkungan. Foto dok. (Program SL-YP). 

Selain merawat (menjaga) tradisi, para perajin yang menganyam tikar seperti ini juga menjadi salah satu cara untuk menjaga dan merawat lingkungan. Ibu-ibu perajin ini secara tidak langsung mencegah agar tidak lagi merambah hutan karena pekerjaan mereka sudah beralih dengan menganyam tikar.

Saban hari, para perajin binaan selalu menyempatkan waktu untuk menganyam tikar dan produk kerajinan lainnya dari kreasi dan keterampilan mereka sendiri seperti tas dan lain-lain. Beberapa diantara para perajin sudah sangat lincah dan terampil menganyam tikar pandan dan membuat kerajinan lainnya.

Seperti misalnya kelompok perajin tikar pandan, Ibu Ida bersama rekan-rekannya, tidak pula soal menganyamnya, tetapi juga soal motif-motif anyaman yang mereka anyaman. Motif-motif (corak) khas masyarakat setempat (di Tanah Koyong) seperti motif pucuk rebung sebagai ciri khas dan motif-motif anyaman lainnya sesuai keinginan selera perajin.

Keterangan Foto 4 : Ibu Ida, perajin tikar pandan yang membuat kreasi  tas dipadukan dari  anyaman tikar pandan. Foto dok. (Program SL-YP).
Keterangan Foto 4 : Ibu Ida, perajin tikar pandan yang membuat kreasi  tas dipadukan dari  anyaman tikar pandan. Foto dok. (Program SL-YP).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun