Mohon tunggu...
Petrus Kanisius
Petrus Kanisius Mohon Tunggu... Wiraswasta - Belajar Menulis

Belajar menulis dan suka membaca. Saat ini bekerja di Yayasan Palung

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

(Puisi) Pancaroba yang Anomali di Sekitar Kita

9 Oktober 2024   15:54 Diperbarui: 9 Oktober 2024   18:11 143
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: anomali cuaca. (Foto dok. kompas.com).

Pancaroba dan anomali bukan hanya tentang iklim semata

tetapi pancaroba dan anomali tentang suhu yang tak menentu

Suhu bumi/iklim kita, suhu politik dan lain sebagainya di sekitar kita

Kata tentang rasa, rasa iba dan menarik minat yang bermuara pada penentu

Pancaroba dan anomali iklim dan politik yang seolah searah, kadang panas, kadang hujan, kadang dingin

Menyeruak menembus batas tentang kilas dan tingkah polah terkait janji pada alam semesta raya

Iklim dan suhu politik seolah sama  dengan janji-janji manis yang terus sejalan dengan rebahnya rimba raya

Cuaca panas, hujan dan dingin menembus  batas kewajaran kita semua

Ketika teduh, mengaduh, menuduh sekaligus menagih janji-janji bukan sandiwara?

keluh kesah rimba yang berkilah tentang sekelumit akar yang tercerabut, tentang batang yang terpotong-potong,

tentang lolongan satwa menangis karena rumah berganti lapang lindang, tentang tanam tumbuh yang semakin gersang

Mengadu kepada si tuan tanah yang merengek karena, tanah dan air tak banyak lagi bersisa karena kering juga kadang kering kerontang

Pancaroba dan Anomali cuaca, seolah berlomba-lomba menjadi semakin susah ditebak karena titah dan seperti itu adanya

Cuaca, iklim yang kita rasa sama dengan anomali dan pancaroba politik yang kadang menggelitik

Demikian pula para empunya dogma-dogma dan pepatah berkilah

Suhu politik dan iklim yang sudah semakin nyata di depan mata

Kini, adakah yang menuai janji tentang peduli kepada nasib lingkungan

Nasib tangis satwa yang tak kunjung usai terhimpit di habitat penyambung nyawa

Pancaroba dan anomali sama-sama menjebak kepada nasib semua napas yang mendiami rimba raya 

Panas membuncah merusak rongga-rongga tanah dan sendi kehidupan 

Anomali dan pancaroba di sekitar kita sebagai tanda bagi kita semua untuk berjaga dan waspada

tanda akan kewaspadaan, waspada karena cuaca yang tidak menentu

Cuaca panas sama pula dengan iklim politik terkadang sulit diprediksi

karena kadang ada janji dan ada kontroversi, berharap kita bijaksana dengan fakta dan realita yang ada.

Ketapang, Kalbar 09/10/2024

Petrus Kanisius-Yayasan Palung

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun