Mohon tunggu...
Petrus Kanisius
Petrus Kanisius Mohon Tunggu... Wiraswasta - Belajar Menulis

Belajar menulis dan suka membaca. Saat ini bekerja di Yayasan Palung

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Sampah, Musibah atau Berkah?

11 Juli 2024   15:07 Diperbarui: 13 Juli 2024   15:58 275
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi sampah yang disa di daur ulang.(Dok. Shutterstock).

Bagi kita masyarakat Indonesia pasti sudah tidak asing lagi dengan keberadaan sampah. Jika boleh dikata sampah dengan kita sudah semakin akrab, tidak sulit untuk menemukan atau mencari sampah yang ada di sekitar kita.

Lalu, keberadaan sampah-sampah yang ada di sekitar kita tersebut apakah menjadi musibah atau sebaliknya bisa menjadi berkah?

Mengutip dari laman kompas.com dalam berita menyebutkan; Sepanjang tahun 2022, ada 12,54 juta ton Sampah plastik di Indonesia.

Wah angka yang luar biasa, tetapi luar biasanya angka tersebut terkait sebaran sampah plastik yang diperkirakan dan mungkin akan pasti meningkat setiap tahunnya. Mengingat, sepanjang waktu kita sudah pasti menciptakan sampah-sampah baru. Bahkan kita sendiri tanpa kita sadari ikut serta ambil bagian dari penyumbang hadirnya sampah-sampah baru berupa sampah rumah tangga. Sampah-sampah tersebut tidak lain adalah sampah anorganik (tidak mudah terurai) dan organik (mudah terurai).

Informasi lama sampah terurai. (Foto dok. Simon Tampubolon/Yayasan Palung).
Informasi lama sampah terurai. (Foto dok. Simon Tampubolon/Yayasan Palung).

Kita dan sampah sudah menjadi satu kesatuan yang sulit terpisahkan dan mungkin tidak terhindarkan saat ini. Tetapi, bagaimana kiranya sampah-sampah tersebut bisa (di/ter)olah dengan baik. Sejatinya demikian.

Namun, seperti yang sering terlihat, tidak sedikit sampah-sampah dibuang begitu saja oleh sebagian besar dari kita yang kurang atau pun tidak sadar akan pentingnya menjaga lingkungan kita agar setidaknya terhindar atau bahkan bebas dari sampah-sampah yang ada.

Lihat pantai-pantai atau pun jalan-jalan raya, sangat mudah sekali kita menemukan sampah berceceran dimana-mana atau bahkan bertebaran hingga menumpuk di tepi jalan dengan disertai bau serta aroma yang tak sedap tercium secara langsung.

Hilir mudik kendaraan yang melintasi jalan raya atau pun pengunjung pantai dengan seenaknya membuang sampah begitu dengan tanpa merasa bersalah. Padahal di tempat-tempat umum sudah disediakan kotak sampah (tempat sampah), tetapi mungkin karena sudah membudaya, kemudian sampah-sampah tersebut dibuang begitu saja tanpa melihat dampak selanjutnya.

Dari apa yang kita lakukan (membuang sampah sembarangan) tentu tidak heran kiranya mengapa sampah-sampah selalu tercipta dan tersebar dimana-mana.

Gilanya lagi, terkadang ada oknum pengendara/penumpang mobil yang dengan seenak hatinya membuang sampah-sampah plastik seperti bungkusan kue atau pun roti/cemilan dan lain sebagainya, tidak terkecuali bungkus rokok, bekas minuman kaleng dan punting rokok di jalan raya.

Ilutrasi membuang sampah dari kendaraan(Foto dok. www.thesun.co.uk via kompas.com).
Ilutrasi membuang sampah dari kendaraan(Foto dok. www.thesun.co.uk via kompas.com).

Selain itu juga, tingkah polah dari beberapa orang, ada yang entah tidak sengaja atau sengaja membuang sampah ke sungai, kali atau pun ke waduk.

Tentu, persoalan sampah sudah menjadi persoalan global. Semua menyatakan perang terhadap sampah. Karena sampah biang dari segala penyakit jika tidak dikelola atau dibiarkan begitu saja.

Tidak hanya itu, di sungai atau di lautan, ikan-ikan di laut atau pun di sungai rentan terkena racun akibat limbah sampah yang dibuang oleh manusia. Hewan seperti burung pun bisa terjerat pukat sampah plastik hingga ikan terkontaminasi oleh mikroplastik. Kita pun bukan tidak mungkin sudah terkontaminasi oleh mikroplastik.

Tidak berhenti disitu, sampah-sampah yang tersebar itu pun tak jarang menjadi buah simalakama bagi kita semua yang tidak lain adalah dampak dari hadirnya sampah-sampah tersebut jika tidak dikelola dengan baik dan bijaksana karena tingkah polah yang kita perbuat pula.

Gaung Hari Bebas Kantong Plastik Sedunia yang peringati setiap 3 Juli pun patut menjadi pengingat kita bersama. Tidak hanya pengingat atau pun sekedar memperingati tetapi apa aksi nyata yang bisa kita lakukan untuk peduli pada nasib bumi, terlebih persoalan sampah ini.

Sampah bisa menjadi musibah atau pun berkah. Dua konsekuensi yang harus kita terima. Jika kita abai terhadap persoalan sampah tentu sudah pasti, sampah lambat atau cepat akan menjadi musibah bagi kita semua.

Sebaliknya, jika kita peduli dan bijaksana dengan persoalan sampah ini, setidaknya sampah-sampah tersebut bisa memberi/mendatangkan manfaat atau berkah bagi siapa saja.

Ilustrasi sampah yang disa di daur ulang.(Dok. Shutterstock).
Ilustrasi sampah yang disa di daur ulang.(Dok. Shutterstock).

Tidak ada kata lain, selain melakukan cara-cara sederhana dengan aksi nyata menjadi cara ampuh untuk peduli terhadap persoalan sampah. Terutama kesadaran dengan merubah cara-cara lama yang tak lain adalah mengubah perilaku dengan cara diet kantong plastik dan tidak membuang sampah sembarangan.

Jika tidak, persoalan sampah akan selalu mendera hingga kapan pun. Berharap masih ada asa dari kita semua untuk peduli dengan persoalan sampah hingga kita pun terbebas dari persoalan sampah.

Petrus Kanisius-Yayasan Palung

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun