Mohon tunggu...
Petrus Kanisius
Petrus Kanisius Mohon Tunggu... Wiraswasta - Belajar Menulis

Belajar menulis dan suka membaca. Saat ini bekerja di Yayasan Palung

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

UNAS Adakan Mini Workshop Understanding Biodiversity Through Passive Monitoring

3 Juli 2024   12:19 Diperbarui: 3 Juli 2024   15:13 223
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto bersama setelah kegiatan workshop selesai dilakukan. (Foto : Wahyu Susanto/Yayasan Palung).

Universitas Nasional (UNAS) melalui Prodi Biologi S1 dan S2 yang bekerjasama dengan Boston University, USA dan Yayasan Palung (YP) bersama-sama mengadakan kegiatan mini workshop yang bertemakan "UNDERSTANDING BIODIVERSITY THROUGH PASSIVE MONITORING", pada Jumat (28/6/2024) pekan lalu, di Kampus UNAS.

Terkait mengapa tema ini dipilih? karena pada zaman modern ini, teknologi sangat berkembang dengan cepat dan kegiatan penelitian keanekaragaman hayati harus dapat mengikuti perkembangan teknologi yang ada saat ini.

Passive monitoring yang dimaksud adalah kegiatan monitoring satwa liar tanpa perlu melakukan observasi secara langsung, akan tetapi melalui alat-alat teknologi yang telah dikembangkan untuk memonitor satwa liar secara tidak langsung oleh manusia/peneliti.

Kegiatan Mini Workshop tersebut dibuka langsung oleh Dr. Fitria Basalamah, M.Si., selaku ketua panitia sekaligus ketua Prodi Magister Biologi UNAS.

Pada kegiatan Mini Workshop tersebut, ada lima (5) narasumber yang dihadirkan untuk menyampaikan materi presentasi, diantarnya adalah; Dr. Cheryl Knott, Professor dari Boston University, Ritika Sibal, mahasiswa PhD. Boston University, Jay Cogan, mahasiswa PhD. Boston University, Tri Wahyu Susanto, Direktur Riset Yayasan Palung dan Aqil Ramadhani, mahasiswa Universitas Nasional.

Pada kesempatan pertama, Prof. Cheryl Knott menyampaikan presentasinya tentang Penggunaan Kamera Jebak dan Pemantauan Bioakustik untuk Menilai Keanekaragaman Hayati Hutan Hujan.

Dalam presentasinya, Prof. Cheryl Knott menyampaikan terkait Kamera jebak dan alat pemantau bioakustik digunakan untuk mendapatkan jenis satwa liar yang berada di dalam hutan. Kamera jebak dipasang selama 24 jam di dalam hutan dan disebar dibeberapa titik lokasi dalam kawasan. Dengan adanya kamera jebak, maka akan banyak satwa yang sulit kita jumpai secara langsung, khususnya satwa nocturnal atau berkaktivitas di malam hari.

Lebih lanjut, Begitu pula penggunaan alat pemantau bioakustik, alat pemantau ini juga dipasang dan disebar ke berbagai titik di dalam kawasan. Namun data yang diterima adalah berupa suara-suara yang berada di dalam hutan. Setiap jenis satwa memiliki suara dan frekuensi gelombang yang berbeda. Hasil data tersebut dapat digunakan untuk membantu dalam mengidentifikasi jenis satwa yang ada di lokasi tersebut.

Selanjutnya, pada kesempatan kedua, Ritika Sibal, berkesempatan menyampaikan presentasinya tentang; Penggunaan Teknologi Kecerdasan Buatan (Artificial Intelligence / AI) untuk Melihat Model Pergerakan Orangutan.

Ritika Sibal, menjelaskan, Dalam penelitian sebelumnya, pergerakan orangutan hanya dapat diamati secara langsung saat orangutan berpindah dari satu tempat ke tempat lainnya. Namun, dengan menggunakan kecerdasan buatan ini, kami mencoba mengembangkan metode pengamatan agar lebih maju lagi untuk dapat mengukur pergerakan orangutan secara kuantitatif, melalui data video dan apa yang terlihat di komputer. Kemajuan teknologi ini dapat mengukur secara sistematis bagaimana pergerakan orangutan berubah sepanjang masa hidupnya dan dapat mengungkap dasar evolusi pola perkembangan dengan menggunakan komputer.

Kemudian, pada kesempatan ketiga, Jay Cogan menyampaikan presentasinya tentang; Penggunaan Kamera Laser Dalam Mempelajari Pertumbuhan dan Perkembangan Orangutan.

Saat presentasi, Jay Cogan menjelaskan, salah satu teknik terbaru yang dikembangkan untuk mempelajari pertumbuhan adalah penggunaan kamera fotogrametri untuk mengukur perbedaan antara titik-titik yang diketahui dari hasil foto. Kamera yang digunakan ada kamera dslr yang dimodifikasi dengan menambahkan 2 buah laser di atasnya. Kamera diarahkan ke bagian-bagian tertentu (misalnya bagian lengan atau kaki) pada orangutan remaja yang usianya sudah diketahui, atau untuk mengukur perkembangan pipi pada orangutan jantan.

Foto bersama setelah kegiatan workshop selesai dilakukan. (Foto : Wahyu Susanto/Yayasan Palung).
Foto bersama setelah kegiatan workshop selesai dilakukan. (Foto : Wahyu Susanto/Yayasan Palung).

Pada kesempatan keempat, Tri Wahyu Susanto, selaku Direktur Riset Yayasan Palung berkesempatan menyampaikan materi presentasi tentang; Penggunaan Drone thermal dalam Penelitian Orangutan.

Wahyu sapaan akrabnya dalam kesempatan tersebut mengatakan dalam presentasinya, Teknologi drone thermal saat ini mulai dicoba dalam memantau satwa liar dengan melihat suhu tubuh dari satwa tersebut. Dalam kepentingan di penelitian orangutan, drone thermal dapat membantu dalam mencari orangutan melalui udara, yang sebelumnya pencarian orangutan dilakukan melalui darat dengan menelusuri jalur penelitian. Pencarian orangutan dilakukan pada pagi hari, sebelum sinar matahari menyinari kanopi hutan. Suhu tubuh orangutan akan mudah terdeteksi dengan drone thermal.

Kita juga bisa membedakan apakah satwa satwa yang terlihat adalah orangutan atau primate lainnya melalui ukuran tubuh, ciri pergerakan dan jumlah individu yang berdekatan, kata Wahyu.

Lebih lanjut Wahyu menerangkan, penggunaan drone thermal masih terus dikembangkan untuk melihat efektivitas dalam pendeteksian keberadaan orangutan.

https://www.instagram.com/p/C833NYMRVqC/

Pada kesempatan kelima, Aqil Ramadhani, mahasiswa Universitas Nasional yang dalam kesempatan tersebut menyampaikan materi presentasi tentang; Struktur Hutan Menggunakan LiDAR (Light Detection and Ranging).

Aqil Ramadhani mempresentasikan terkait bagaimana ia menggunakan alat dalam penelitiannya untuk memetakan struktur hutan dengan menggunakan alat yaitu LiDAR.

Serangkain kegiatan Mini Workshop tersebut berjalan sesuai rencana dan mendapat sambutan baik dari peserta yang hadir.

Petrus Kanisius-Yayasan Palung

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun