Kita dan keanekaragaman hayati (biodiversitas) senjatinya menjadi satu kesatuan yang tidak terpisahkan.
Tidak terpisahkan satu sama lain, berarti juga keanekaragaman hayati itu harus harmoni hingga selamanya. Maka dengan demikian pula perlu peran kita dalam mengelola, menjaga bahkan melestarikan keanekaragaman hayati.
Lalu, apakah itu keanekaragaman hayati? Â Jika disederhanakan, keanekaragaman hayati merupakan satu kesatuan flora dan fauna (tumbuhan dan makhluk hidup) baik yang ada di daratan dan yang ada di lautan. Tentu ini menjadi satu kesatuan yang jangan sampai terpisahkan, jika boleh dan bisa bahkan harus harmoni selamanya.
Kita dan keanekaragaman hayati (kehati) tentu memiliki arti yang tidak ternilai sebagai keberlanjutan semua napas kehidupan.
Tidak hanya itu, Kehati tentunya memiliki arti penting yang tidak ternilai bagi semua napas kehidupan hingga kapan pun.
Seperti diketahui, tanggal 22 Mei besok, diperingati sebagai hari keanekaragaman hayati Sedunia. Dengan demikian kita diingatkan untuk selalu bersama.
Mengutip dari situs resmi International Day for Biodiversity, tema pada tahun 2024 ini adalah: Jadilah Bagian dari Rencana.
Tentu dari tema tersebut mengajak kita semua untuk menjadi bagian dari rencana. Apa yang bisa kita rencanakan untuk Kehati?
Kehati butuh kita untuk berlanjut hingga nanti. Kata Data menyebutkan, Brasil nemempati posisi teratas sebagai negara dengan keanekaragaman hayati paling banyak di dunia.
Indonesia berada di peringkat kedua dengan memiliki sebanyak 1.723 jenis burung, 282 jenis amfibi, 4.813 jenis ikan, 729 jenis mamalia, 773 jenis reptil, dan 19.232 jenis tanaman vaskular.
Kekayaan Kehati (mega biodiversitas) yang ada seperti ragam tumbuhan dan satwa yang ada di Indonesia. Ragam satwa seperti orangutan, bekantan, burung enggang dan ragam tumbuhan seperti kantong semar serta anggrek hitam dan juga mungkin masih banyak yang lainnya seperti tanam tumbuh lainnya seperti ramin, pohon dipterocarpaceae dan ragam ficus.
Peran dari semua kita (berbagai pihak) tentu menjadi satu tujuan bersama yaitu menyelamatkan keanekaragaman hayati yang masih ada (yang tersisa) ini.
Mengingat, acap kali kita acuh dengan apa yang ada disekitar kita. Tidak jarang kita lebih sibuk dengan ego sendiri dengan tingkah polah kita.
Kita terkadang abai, abai dengan apa yang terjadi di sekeliling kita. Kita terkadang ego dengan tingkah polah yang mengorbankan lingkungan di sekitar kita.
Lihatlah, tidak sedikit hutan tanah dan kehati yang tergadai bahkan terkikis menjelang habis karena ulah pongah kita.
Ragam biodiversitas yang menjadi rumah bagi ragam satwa dan tumbuhan tidak sedikit yang tergadai bahkan nyaris hilang tidak bersisa. Â Keberagaman hayati yang tersisa ini tentu masih sedikit asa agar tidak hilang selamanya.
Karena, tidak sedikit satwa yang hilang rumahnya berupa hutan bahkan rimba raya yang tak lagi raya. Ragam satwa dan tumbuhan yang mendiami bentang alam di hutan hujan tropis Indonesia tentu dengan harapan boleh berlanjut hingga selamanya.
Tumbuhan mulai tercabut/tercerabut oleh tangan-tangan tidak terlihat. Raung tangis satwa menggema mengadu tentang nasib yang tidak pasti. Ibarat masa depan yang tidak jelas, sama seperti alam yang sering menangis yang tidak jarang pula disebut bencana alam karena sering datang tiba-tiba mendera kita.
Tangan-tangan penolong dinanti untuk peduli kepada nasib seisi bumi berupa ragam keanekaragaman hayati ini, tentu dengan cara-cara sederhana yang kita miliki.
Berharap, tangan-tangan penolong bisa meyelamatkan kita dan keanekaragaman hayati yang tersisa ini. Dengan demikian kita bisa saling memberi harmoni. Sebab, Kita ingat, Sang Kuasa memberi isi bumi ini berupa Keanekararagaman Hayati sebagai titipan yang harus dijaga, dirawat dan dilestarikan sampai nanti. Semoga saja...
Petrus Kanisius-Yayasan Palung
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H