Tetapi adakah? Acap kali kita acuh tak acuh kepada nasib alam, lingkungan ini. Benarkah terkadang kita pun lupa dengan asa tentang harmoni yang kiranya harus berlanjut.
Apakah kita sudah lupa dengan titah hati nurani untuk selalu bersama akan lingkungan alam yang saling menghargai, memberi, merawat dan menjaga bukan melukai atau menyakiti. Sebagai pengingat, hutan alam ini merupakan titipan untuk anak cucu.
Sengkarut tentang alam ini entah sampai kapan akan berakhirnya bila semua terus begini (tidak harmoni) dan ego diri. Â Hutan alam ini hanya butuh dijaga, dipelihara dan dirawat oleh siapa pun dari kita semua.
Alam memberi untuk kita, sejatinya kita pun memberi untuk alam. Â Bisakah kiranya kita bersama-bersama menjaga, memilihara dan saling harmoni dengan cara-cara sederhana yang kita miliki.
Tunas-tunas baru perlu disemai, ditanam agar kiranya tajuk-tajuk yang menjulang tinggi boleh berdiri kokoh kembali dan melindungi kita dari semua yang mendera. Semoga ada secerca harapan agar kita saling harmoni dan tak ego diri pada alam lingkungan dan sesama di tahun-tahun mendatang.
Petrus Kanisius-Yayasan Palung
  Â
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H