Mohon tunggu...
Petrus Kanisius
Petrus Kanisius Mohon Tunggu... Wiraswasta - Belajar Menulis

Belajar menulis dan suka membaca. Saat ini bekerja di Yayasan Palung

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Lewat Cerita Boneka Sampaikan Pesan untuk Peduli pada Satwa Dilindungi

18 Oktober 2022   13:29 Diperbarui: 18 Oktober 2022   13:39 358
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Saat menyampaikan cerita tentang satwa dilindungi di SDN 16 Delta Pawan, Ketapang, Kalbar, Senin (17/10). (Foto : Petrus Kanisius/Yayasan Palung). 

Hai teman-teman.... Namaku Pongo, aku tinggal di hutan. Aku tinggal bersama ibuku hingga usiaku menjelang 6-7 tahun. Setelah aku dewasa, aku tinggal sendiri hingga usiaku dewasa. Di dalam hutan, aku hidup bersama-sama dengan temanku seperti kelasi, kelempiau, enggang dan satwa lainnya. Kami merupakan satwa yang sangat dilindungi.  Kami juga disebut sebagai petani hutan lho...

Itu merupakan beberapa  penggalan cerita yang disampaikan oleh teman-teman saat menyampaikan puppet show (pertunjukan boneka) di Sekolah  Dasar Negeri 16 Delta Pawan, Ketapang, Kalbar, pada Senin (17/10/2022) pagi.   

Dalam kesempatan tersebut, Program Pendidikan Lingkungan (PL) Yayasan Palung menyampaikan sosialisasi untuk mengenalkan satwa dilindungi kepada Adik-adik di tingkat Sekolah Dasar.

Beberapa boneka yang dipakai sebagai media antara lain boneka orangutan yang disebut Pongo dan ibu Pongo. Selain itu ada pula boneka kelasi dan boneka bekantan.

Pada kesempatan itu, Haning Pertiwi dari Yayasan Palung sebagai narator cerita boneka mengawali cerita. Haning mengawali cerita dengan menyebut, jauh di tengah hutan yang luas dan lebat hiduplah bermacam-macam satwa liar. Suatu hari anak orangutan yang sedang mencari makan bersama induknya bertemu dengan satwa-satwa yang lainnya.

saat tanya jawab dengan antusias adik-adik tentang satwa yang dilindungi. (Foto : Petrus Kanisius/Yayasan Palung).
saat tanya jawab dengan antusias adik-adik tentang satwa yang dilindungi. (Foto : Petrus Kanisius/Yayasan Palung).

Selanjutnya Iis, Pit, Randi dan Marsya bercerita tentang kisah dan nasib satwa yang dilindungi. Iis sebagai Pongo bercerita ia selalu bersama ibunya hingga Ia berumur remaja. Ibu Pongo diperankan oleh Marsya. Ibu Pongo bercerita, ia merawat pongo dari kecil hingga remaja, saat pongo bersama ibu, Pongo diajarkan membuat sarang, memanjat pohon dan mencari makan berupa pucuk daun dan buah-buahan hutan.

Bekantan diperankan oleh Randi. Bekantan bercerita tentang perbedaannya dengan orangutan (pongo). Perbedaannya adalah bekantan merupakan jenis monyet karena memiliki ekor. Sedangkan orangutan merupakan jenis kera karena tidak memiliki ekor.

Kelasi diperankan oleh Pit. Kelasi bercerita tentang keresehannya karena hutan sebagai tempat hidup saat ini sudah semakin berkurang sehingga mereka yang disebut sebagai monyet merah tersebut sudah semakin dalam ancaman nyata di habitat hidup mereka.

Disampaikan pula oleh narator, sebagian besar satwa dilindungi, terutama orangutan, kelasi, kelempiau dan enggang adalah si petani hutan.

Dikenal sebagai si petani hutan karena perannya selalu menyemai hingga tumbuhnya tajuk-tajuk pepohonan sebagai keberlanjutan semua nafas kehidupan, tidak terkecuali kita manusia.

Orangutan dikatakan sebagai petani hutan karena tanpa lelah dan tidak pamrih, setiap hari ia selalu menyemai biji-bijian yang nanti disebut tajuk-tajuk pohon (pohon-pohon baru).

Lalu, dalam cerita itu semua satwa yang sangat dilindungi seprti orangutan dan satwa lainnya (kelasi, bekantan, kelempiau dan enggang) harus dilindungi oleh kita semua, termasuk adik-adik yang ada di sekolah agar peduli dengan satwa dilindungi dan di lingkungan sekitar mereka, seperti di sekolah dan rumah mereka masing-masing dengan tidak membuang sampah sembarangan.

Pada akhir cerita, disampaikan pula oleh narator bahwa satwa tersebut sudah masuk dalam daftar satwa yang dilindungi, menurut Undang-undang no. 5 tahun 1990, tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya.

Saat kami menyampaikan informasi sosialisasi tentang satwa dilindungi tersebut, kami mendampatkan sambutan baik dari adik-adik SDN 16 Delta Pawan. Pada sempatan itu dihadiri oleh 60 orang, mereka merupakan siswa-siswi, kelas 5 dan 6.

Sebelumnya, pada Kamis (13/10), kami juga melakukan kegiatan serupa di sekolah yang berbeda yaitu di  Sekolah Dasar Negeri 20 Delta Pawan.

Semua rangkaian kegiatan ini berjalan sesuai rencana dan mendapat sambutan baik dari pihak sekolah terlebih adik-adik yang mengikuti kegiatan tersebut. Mereka terlihat sangat antusias sekali mengikuti serangkaian kegiatan yang kami sampaikan.

Sembari berharap, semoga apa yang kami sampaikan ini bisa menumbuhkan kecintaan dari siswa-siswi untuk semakin peduli dengan nasib satwa yang dilindungi dan lingkungan di sekitar mereka, terutama peduli terkait persoalan sampah.

Petrus Kanisius-Yayasan Palung

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun