Hutan hujan tropis menjadi nafas terakhir bagi semua makhluk yang hidup berdampingan dengannya. Apabila hutan hujan rusak atau hilang maka akan berdampak luas bagi sebagian besar makhluk yang mendiami bumi ini.
Dalam rangka menyambut hari Hutan Hujan sedunia, Yayasan Palung (YP) Bersama Relawan Bentangor untuk Konservasi (REBONK) dan Relawan Konservasi Taruna Penjaga Alam (RK-TAJAM) mengadakan Fieldtrip (kunjungan lapangan) Obyek Daya Tarik Wisata Alam (ODTWA) Lubuk Baji, Taman Nasional Gunung Palung, Minggu (20/6/2022) kemarin.
Seperti diketahui setiap 22 Juni, dunia memperingati hari hutan hujan sedunia. Hutan Hujan menjadi begitu penting bagi tatanan kehidupan makhluk yang mendiami bumi ini, karena hutan hujan boleh dikata sebagai penopang (penyokong hidup masyarakat yang hidup di sekitar hutan) atau juga bagi semua makhluk hidup.
Pada kesempatan fieldtrip tersebut, peserta fieldtrip yang terbagi dalam 3 kelompok diajak untuk melakukan pengamatan tentang ekosistem yang ada di sekitar lokasi hutan hujan tropis secara langsung di lokasi ODTWA Lubuk Baji.
Simon Tampubolon, Koordinator Program Pendidikan Lingkungan Yayasan Palung di Kayong Utara, mengatakan, terkait kegiatan fieldtrip pada  hari hutan hujan, "Pada kegiatan ini relawan kami ajak mengamati langsung hutan hujan. Mengamati bagaimana keragaman hayatinya, kelembaban tanah, kelembaban udara, intensitas cahaya, vegetasi pohon, keadaan kanopi, keadaan lantai hutan, dan lain-lain. Dengan fieldtrip ini relawan bisa melihat dan merasakan langsung bagaimana hutan hujan memberikan dampak yang begitu besar bagi makhluk hidup."
Lebih lanjut, Simon, sapaan akrabnya, menambahkan, Wawasan dan pemahaman mereka akan bertambah sehingga akan tumbuh kesadaran untuk melestarikan hutan hujan yang masih tersisa.
Dalam kesempatan tersebut, hadir pula teman-teman dari West Bornean Orangutan Caring Scholarship (WBOCS).
Seperti di ketahui, Indonesia yang memiliki hutan hujan terbukti memberikan banyak manfaat bagi semua nafas kehidupan. Sebagai penyedia dan pemenuhan sumber air yang melimpah, hutan hujan juga sebagai penyedia pakan bagi semua primata, burung dan tentunya juga kita manusia. Jika boleh dikata, hutan hujan ibarat rumah, supermarket, perpustakaan alam  dan farmasi alam.
Menjadi rumah karena merupakan tempat hidup (habitat hidup) sebagian besar makhluk hidup. Dikatakan sebagai supermarket alam karena hutan menyediakan ragam makanan yang bisa dimakan oleh satwa dan juga oleh manusia. Hutan hujan juga bisa dikatakan sebagai farmasi alam  karena alam menyediakan obat-obatan modern berasal dari hutan.
Selain itu, peranan dan manfaat dari hutan hujan bagi makhluk hidup lainnya adalah sebagai penyeimbang iklim dunia. Bayangkan bila hutan hujan rusak atau bahkan tidak ada lagi, apa jadinya.
Berharap ada tangan-tangan yang peduli kepada nafas semua makhluk hidup dan nasib keberlanjutan hutan hujan agar boleh berlanjut hingga nanti.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Balai TANAGUPA yang telah mengijinkan kami untuk berkegiatan di ODTWA Lubuk Baji.
Petrus Kanisius-Yayasan Palung
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H