Senja, kata sekaligus harapan dan inginku saat ini. Ketika senja bicara dengan bahasanya mungkin itu bisa berkaca, saban waktu ia menampakkan wujud sebagai tanda warna ketika ada semangat juang yang dilakukan untuk meraihnya.Â
Harapan tentang napas. Napas semua makhluk segala bernyawa yang mendiami bumi ini. Semua menanti harapan, itu pasti.Â
Senja itu juga tentang warna. Warna tentang kehidupan yang kini sudah mengaduh, mengeluh, berharap sekaligus menanti asa.Â
Asa tentang harapan, yang pasti bukan abu-abu atau buram. Senja pun bercerita dengan bahasanya masing-masing, tentang suara raung yang gaduh dan tak jarang mengaduh.Â
Asa, harapan ini satu kesatuan menanti warna harmoni bukan tercerai berai atau pun luluh layu tak bermana nada yang tak tentu.
Semua menanti asa dan harapan, tentang kehidupan semua nafas kehidupan makhluk hidup, semua segala bernyawa (tumbuhan, hewan, manusia).Â
Senja selalu setia menampilkan warna kehidupan saban waktu yang perlu kita lihat kehidupan yang kiranya ingat akan titah, ingat akan rambu-rambu bukan ego yang tak tentu dari kepentingan pribadi.Â
Ingat senja, ingat bumi, ingat akan keberlanjutan semua napas, bukan sumpah serapah atau pun diam lalu luluh layu Senja dan harapan, boleh tumbuh dari setiap nada dan rasa semua kita yang menjalani kehidupan ini.
Berharap berarti menanti asa, agar semua tidak lagi serakah, ingat harmoni dan senyum dari semua dengan harapan pasti, seperti senyuman indah dari senja yang selalu ada warna baru di setiap harinya.Â
Ketapang, Kalbar, 4 Maret 2022Â
Petrus Kanisius-Yayasan Palung
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H