Rimba raya kala menyatu tentang nafasmu untuk semua
Menyeru tentang rimbunmu yang tak lagi rimbun seperti dulu kala
Apakah ini pertanda rimba terahir dan yang tersisa
Kata yang selalu terucap tentang tajuk-tajukmu yang semakin sulit rimbun
Tak sedikit yang mengatakan rimbunmu (tajuk-tajukmu) mulai terkulai layu
Hingga rebah tak berdaya tanpa ada yang menyapa
Tak kuat berdiri kokoh karena tangan yang semakin sulit terlihat mengusikmu
Disapa tentu ada suara yang menyatu berseru tentang pentingnya engkau (rimba) berlanjut
Tetapi rimba tampaknya semakin tersudut karena amarah dari tangan-tangan tak terlihat
Berseru tentang rimba yang raya, yang rimbun dan menyapa dengan harmoninya
Bukan tentang bencana yang selama ini menjadi keluahan kita selama ini
Dokma tentang rimba yang menghidupkan bukan sebaliknya
Kini mata tertuju padamu (rimba)
Masih bolehkah semua harmoni agar bisa kembali seperti sedia kala.
Â
Tanah Kayong, 8/10/2021
Petrus Kanisius-Yayasan Palung
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H