Aku tumbuh (hutan), berakar dan bertajuk hingga aku pun disebut hutan
Tetapi kini masihkah boleh disebut hutan?
Jika boleh, apakah alasannya?
Karena kiranya aku tak layak lagi disebut hutan, apakah demikian?
Seingatku, apabila aku disebut hutan maka aku bisa menopang, bisa menjaga dan menyejukkan ragam nafas hidup.
Aku disebut hutan bila mampu memberi manfaat bagi semua di sekitarku.
Bukan kehendakku, Sang Pencipta memberikan titah agar aku dapat berguna sesama ciptaan.
Lihatlah aku yang dinamakan hutan itu, jika hendak dikata sudah tidak selayaknya lagi aku disebut hutan.
Sakitku sudah menumpuk, tubuhku sepanjang hari tersakiti. Aku tak kuat lagi berdiri jika begini adanya.
Patah tak tumbuh hilang layu dan lenyap itu adanya aku kini. Itu berlaku hingga hari ini.