Hari ini, 7 Agustus ditetapkan sebagai Hari Hutan Indonesia. Ada pertanyaan yang setidaknya bisa dilontarkan, terkait mengapa kita penting untuk merayakan (memperingati) hari hutan Indonesia?
Dari dulu hingga saat ini bukankah hutan selalu memberi tetapi ia (hutan) pun menanti disapa. Jika boleh dikata, bukankah tidak sedikit dari kita sebagai makhluk penghunibumi ini yang memperoleh nafas hidup secara gratis karena hutan. Hutan sebagai nafas hidup pun sesungguhnya bukan slogan belaka, tetapi sungguh-sungguh ada nyatanya.
Ia (hutan) pun menanti disapa atau diingat pula dan tak sekedar selogan semata, akan tetapi ia pun menanti ditanam, dipupuk, dirawat dan dijaga oleh siapa saja yang peduli padanya.
Rimba raya, hutan belantara sejatinya menanti disapa oleh siapa saja sejak dulu hingga nanti. Lihatlah tanam tumbuh berupa tajuk-tajuk pepohonan (hutan) tak lagi kuat menopang kita semua karena semakin sulit bertahan karena kalah bersaing, semakin tercabut/tercerabut oleh tangan-tangan tak terlihat atau yang nyata di pelupuk mata.
Kita sebagai sesama makhluk hidup pun sesungguhnya sudah semakin terlihat tidak seharmonis seperti dulu kala.
Kita, anda saya dan semua semakin sulit menjadi semua yang bisa satu kata untuk sama-sama peduli kepada nasib keberlnjutan semesta.
Memang, hutan hari ini tidak lagi sama seperti dulu. Tak samanya hutan dulu dan hari ini semakin terlihat (ada pembeda). Dulu hutan selalu memberi banyak manfaat, saat ini hutan mulai menghangat dan semakin sulit bertumbuh.
Bahkan hutan ingin bertumbuh (tumbuh) namun terjerembab tak berdaya karena beragam ulah yang katanya karena kita manusia yang terkadang sedikit ingat apa sesungguhnya gunanya itu hutan kemarin, hari ini dan nanti.
Tidak sedikit peran penting hutan di Indonesia yang memberi kita agar nafas boleh berlanjut hingga nanti. Tetapi pertanyaannya adalah; sudah kah harmoni kita dengan hutan yang ada di Indonesia? Dan mengapa kita penting untuk merayakannya.
Sesungguhnya tanpa kita merayakannya pun hutan selalu memberi kita berjuta manfaat, tetapi yang lebih penting dari perayaan (merayakan) nya setidaknya sebagai pengingat kepada kita semua, tentang apa dan bagaimana cara yang bisa kita lakukan untuk keberlajutan nafas keberlanjutan hutan dan semua makhluk hidup yang mendiami hutan?
Ulah kita kepada hutan pun dari dulu dan hari ini sama saja, sudah semakin tak sama karena kita yang menciptakan hingga tak harmoni. Saat ini, bukankah kiranya kita sudah semakin sulit menemukan tanda nyata apa yang harus kita semua bisa lakukan untuk hutan. Tak banyak yang peduli pada hutan, sebaliknya lihatlah apa yang terjadi pada hutan kita hari ini.
Fakta nyata yang bicara tentang hutan dan alam ini, saat ini, bicara dalam kata-katanya karena kesedihan yang mereka rasakan, mereka bicara dengan bahasa mereka masing-masing pula. Akan tetapi yang sering terjadi pun, orang selalu bilang karena bencana alam.Â
Seolah hutan dan alam yang salah. Tetapi kiranya jika memang ya, hutan tidak lebih karena tidak lagi diperlakukan dengan kebijaksanaan yang kita semua miliki, hanya terkadang keadaan hutan jarang diperdulikan tetapi banyak diperlukan. Sedikit-sedikit orang bilang ini itu karena salah alam (bencana alam), ini semua karena alam atau bencana alam, karena hutan taka da lagi.
Pertanyaannya, hutan, alam ini ada memang diciptakan untuk dimanfaatkan saja lantas tak perdulikan lagi (ditanam, dipupuk dan dirawat serta dijaga) bukankah itu peran kita semua?
Hutan selalu memberi jika ia selalu ditanam, dijaga, dirawat dan dilestarikan oleh semua, tetapi terkadang pula, tidak sedikit dari kita yang lupa atau sengaja lupa apa yang bisa kita lakukan untuk hutan alam ini.
Hutan terjaga, masyarakat sejahtera. Slogan ini semestinya juga bisa memberi makna kepada kita semua untuk terus menerus diingatkan untuk selalu harmoni hingga nanti dengan alam ini.
Nasib hidup dan keberlanjutan hutan dan alam ini tergantung kepada kita semua pula. Jika ia (hutan) alam ini yang tersisa ini boleh berlanjut hingga nanti, perlakukanlah ia dengan keharmonian yang kita miliki, dengan demikian ia pun akan memberi.
Selagi hutan bisa berdiri kokoh maka ia akan memberi kita nafas kehidupan yang gratis dan tentunya ia (hutan) memberi tanpa pamrih. Semoga saja hutan bisa lestari hingga nanti.
Petrus Kanisius-Yayasan Palung
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI