Kini atau nanti yang menjadi soal, ketika tidak sedikit orang yang mengatakan bencana dan bencana sering terjadi di Negeri ini yang selalu tak berujung, satu diantaranya bencana banjir. Ada pula yang menyebutnya alam tak bersahabat dengan kita. Â Apa benar alam tak bersahabat atau kitanya yang tak bersahabat dengan alam?
Ku tidak ingin saling menyalahkan, aku hanya ingin bertanya kepadamu tentang beberapa hal yang kusampaikan tadi. Pertanyaan itu sebagai caraku menjawab tentang resah dan gelisahku mengapa terkadang hadirmu selalu disalahkan? Ku bertanya pula tentang kata harmoni diantara kita, masih ada kah itu? , bila engkau memberi kami juga harus memberi dan harmoni denganmu hujan alam, hutan (rimba raya).
Hujan, hutan, dan alam raya sama-sama memberi kita nafas dan sumber kehidupan, sama-sama harus ada dalam bingkai harmoni. Demikian sejatinya. Tetapi apakah saat ini kita masih harmoni?
Terkadang kita menyalahkan alam, "alam tak bersahabat dan bencana alam" demikian banyak orang yang menyebutnya. Menyalahkan hujan dan menyalahkan banjir. Adakah kiranya kita boleh bertanya lagi, apakah itu sungguh-sungguh alam yang salah atau kita yang salah dengan alam?.
Seingatku, hutan, hujan dan alam raya diberikan oleh Yang Maha Kuasa sebagai satu kesatuan yang utuh agar selalu harmoni hingga nanti, ya kan hujan?.
Aku hanya bisa berkata dalam bahasaku, mungkin itu kata alam, hutan dan hujan bicara. Mungkin adanya hujan yang turun tiada henti sepanjang waktu dengan anomali cuaca yang ada saat ini pun sedikit memberi arti bahwa mungkin hujan yang terjadi adalah air mata tangis pilu yang mewakili rimba raya, hutan belantara yang menanti dikasihi oleh siapa saja.
Petrus Kanisius-Yayasan Palung
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H