Mohon tunggu...
Petrus Kanisius
Petrus Kanisius Mohon Tunggu... Wiraswasta - Belajar Menulis

Belajar menulis dan suka membaca. Saat ini bekerja di Yayasan Palung

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Bumi Sedang Mengalami Kepunahan Massal, Apa yang Bisa Kita Lakukan?

11 Juni 2020   16:47 Diperbarui: 11 Juni 2020   16:47 422
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Perubahan Iklim. Foto Ilustrasi ;beritasatu.com

Bumi sedang mengalami kepunahan massal berarti sedikit banyak karena ada campur tangan manusia yang membuat kondisi seperti ini. Bumi yang dulu harmoni kini perlahan tetapi pasti, menjadi momok yang menakutkan kondisinya saat ini karena ulah kita. Tengoklah luasan hutan tak lagi banyak yang berdiri kokoh hingga makhluk hidup semakin terhimpit akibat

Mengutip dari laman nationalgeographic.grid.id yang menyebutkan, bumi saat ini sedang mengalami kepunahan massal.

Dalam rilis tersebutkan, berdasarkan publikasi pada jurnal Proceedings of the National Academy of Sciences, para peneliti dari Stanford University menunjukkan bagaimana spesies-spesies di seluruh dunia terancam punah akibat tekanan manusia, termasuk pertumbuhan populasi, kerusakan habitat, perdagangan liar, polusi, dan perubahan iklim.

Spesies-spesies yang terancam punah, tak bisa disangkal karena perbuatan (campur tangan) manusia yang terkadang melupakan atau abai demi pertumbuhan populasi yang berorientasi pada pembangunan dan berimbas kepada nasib hidup atau pun habitat hidup dari spesies yang mendiami bumi ini pula.

Lihatlah kerusakan habitat yang disebabkan oleh manusia pun semakin meningkatkan berbagai perubahan termasuk polusi dan perubahan iklim. Demikian juga dengan perdagangan satwa liar demi berbagai alasan seperti untuk dikonsumsi atau diperjualbelikan yang sejatinya tidak dibenarkan dan sudah diatur dalam undang-undang, tetapi kecenderungan dilanggar dan kasus-kasus perdagangan satwa liar terus saja terjadi,  atau juga beberapa satwa (makhluk hidup) yang dulu pernah ada dan saat ini tak pernah dijumpai lagi (hewan yang pernah hidup di muka bumi dan tak akan pernah kita lihat lagi).

Kerusakan lingkungan menjadi sumber utama dan biang makhluk hidup atau pun satwa endemik atau pun satwa langka menjadi semakin terancam punah dan Sangat dilindungi dalam waktu dekat ini dan semakin cepat di daratan dan lautan. Selain itu juga perubahan perilaku mereka karena perubahan habitat dan perubahan perilaku mereka (makhluk hidup) yang tak jarang mengalami seleksi alam dan disitulah tantangannya apakah mereka akan bertahan atau tidaknya.

 Kecenderungan ini semakin terasa, lihatlah luasan tutupan hutan sebagai tempat hidup sebagian besar makhluk hidup saat ini semakin memprihatinkan saja nasibnya. Seperti Bekantan sebagai satwa endemik (hanya ada di Kalimantan)  dan Orangutan sebagai satwa yang sangat terancam punah karena hanya ada di dua pulau (Kalimantan dan Sumatera).

Demikian juga makhluk hidup yang ada di lautan semakin sulit bertahan hidup karena beberapa alasan tidak terkecuali akibat perubahan iklim dan sampah yang membuat mereka (makhluk hidup) sulit bertahan di habitat hidupnya seperti misalnya penyu dan paus biru.

Nasib keberlanjutan makhluk hidup di bumi saat ini sesungguhnya menjadi tanggungjawab kita semua dan bersama pula apabila ada asa agar seisi bumi ini boleh berlanjut hingga nanti. Yang paling terasa walau pun terkadang tak terlihat adalah bagaimana sebagaian besar makhluk hidup semakin sulit beroleh sumber makan karena faktor habitat mereka yang semakin menyempit atau karena perubahan iklim  membuat sumber  pakan mereka semakin sulit pula didapat.

Berdasarkan data menurut World Wide Fund for Nature (WWF), setiap tahun ada sekitar 10.000 spesies hilang selamanya dari muka bumi. Dari data tersebut setidaknya menjadi dasar kuat agar semua mencari cara pula agar seisi bumi saat ini tidak terkecuali makhluk hidup yang terancam punah masih bisa berlanjut (tidak punah) dengan syarat ada kepedulian secara bersama.

Nafas keberlanjutan bumi dan seisinya (semua makhluk hidup) sesungguhnya pula menjadi tanggungjawab bersama.

Bumi memberi dengan apa yang ia punya, agar kita bisa menggunakannya dengan bijaksana. Tetapi kecenderungannya manusia kebanyakan cenderung serakah dengan apa yang ada di seisi bumi. Bahkan terkadang bumi dan alam yang menjadi tertuduh karena tidak bersahabat dengan manusia. Padahal sebaliknya yang terjadi adalah manusia yang menjadi biang dari semua ini. Bila bisa memperlakukan alam dan lingkungan dengan kebijaksanaan yang kita miliki tentunya bumi tak sakit lebih parah seperti ini. Sakitnya bumi inilah yang sedikit banyak berdampak kepada semua nafas makhluk hidup saat ini. Bila bumi boleh kita rawat dengan sisa-sisa kepedulian yang bisa dan boleh kita lakukan.

Terkadang Krisis iklim dan perubahan atau kerusakaan yang ada di bumi ini cenderung merusak kesukaan kita. Kita ingin alam dan bumi baik adanya, tetapi sering kali sebaliknya. Tetapi masih ada secerca harapan bila ingin bumi selalu memberi, maka rawatlah ia. Sebaliknya, bila kita menyakitinya maka ia akan bicara dengan bahasanya. Bila boleh berharap, semoga semua nafas hidup yang mendiami bumi ini boleh harmoni dan lestari hingga nanti. Semoga saja...

Petrus Kanisius-Yayasan Palung

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun