Mengapa Kita Perlu Menghargai Hak-hak Satwa yang Terancam Punah dan lindungi?
Perjalanan Panjang menyusuri waktu ketika melihat nasib satwa yang terancam punah. Banyak pertanyaan mengapa kita perlu menghargai hak-hak satwa dilindungi?.
Satwa-satwa yang sangat terancam punah saat ini kondisinya memang mengalami nasib yang boleh dikata kurang beruntung alias buntung. Apakah akan bertahan?, atau hilang tinggal cerita?. Berapa satwa liar yang hidup di alam liar (hutan) memberi tanda nyata akan cerita mereka yang semakin tersisih di rimba raya karena berbagai alasan yang menerpa mereka.
Lalu, apa-apa saja satwa yang sangat terancam punah yang dimaksud?. Seperti misalnya di Kalimanan ada satwa megafauna karismatik yaitu orangutan.
Seperti diketahui, orangutan dan rangkong (burung enggang) memiliki peranan yang sangat besar bagi lingkungan sekitarnya, satu diantaranya karena orangutan adalah petani hutan.
Tidak hanya orangutan sebetulnya sebagai satwa yang dilindungi, tetapi ada pula satwa-sawa lainnya seperti gajah, harimau, dan badak yang memiliki peranan besar bagi lingkungan hidup dan makhluk lainnya pula. Keadaan mereka pun saat ini dalam ancaman nyata dan semakin sulit di habitat hidup mereka.
Sesungguhnya tidak hanya satwa yang sangat terancam punah tetapi juga satwa dilindungi trenggiling, burung enggang, kelempiau dan satwa dilindungi lainnya. Baca; graccess.co.id
Selain itu, ada pula satwa endemik seperti bekantan si hidung mancung; kompasiana.com/pit_kanisius
Harapan mengapa kita perlu menghargai satwa yang sangat terancam punah antara lain adalah ;
Pertama, Hutan (rimba raya) dan tanah sudah semakin sering terjamah oleh tangan-tangan tak terlihat. Raungan bunyi mesin mengalahkan rasa dan suara rimba raya. Hutan, tanah dan air sejatinya memberi arti tentang kata dan rasa.Â
Tentang bagaimana semua bisa berjalan seirama tentang nafas kehidupan. Hutan perlu ragam satwa yang dilindungi dan terancam punah agar bisa terus berdiri kokoh.
Tanda nyata ini terjadi ketika satwa nasibnya kini mulai tergadai (semakin sulit untuk bertahan hidup). Hutan dan satwa saat ini bicara dalam bahasanya sendiri-sendiri.
Orang bilang, hutan tak lagi ramah. Sesungghnya manusialah yang tidak ramah dengan alam. Tangisan rimba raya seringkali menjelma menjadi tanda nyata akan seperti apa alam ini nantinya. Satwa semakin terusir dari rimba raya tak bertuan yang kini nasibnya pun semakin terampas.
Kedua, Satwa dilindungi memiliki hak yang sama sebagai makhluk ciptaan Ilahi untuk dihargai haknya sebagai makhluk hidup yang memiliki fungsi tak sedikit bagi lingkungan dan makhluk lainnya sebagai rantai makanan yang jangan sampai salah satunya putus atau hilang.
Selanjutnya, beragam jenis satwa dilindungi dan sangat terancam punah memiliki sebagai satu kesatuan yang tak terpisahkan satu sama lainnya, kesemuanya harus bisa lestari dan harmoni hingga nanti.
Bila satu diantaranya hilang maka akan ada yang akan dikorbankan. Singkatnya, satwa yang terancam punah dan satwa dilindungi sebagai penyeimbang ekosistem.
Lestarinya mereka (satwa yang sangat terancam punah) berarti berkontribusi menyelamatkan keutuhan ciptaan Ilahi. Apabila kita bisa menghargai satwa dilindungi, berarti kita bisa menghargai hak-hak mereka sebagai satu kesatuan makhluk hidup yang harus ada hingga selamanya.Â
Bila mereka (semua satwa) bisa lestari, maka hutan bisa disemai dan tumbuh kembali, dengan demikian pula manusia dan makhluk lainnya harus bisa saling menghargai serta hidup harmoni selamanya. Semua perlu nafas hidup dan hidup berdampingan satu dengan yang lainnya. Jika tidak, maka sebaliknya.
Petrus Kanisius-Yayasan Palung
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H