Tidak hanya hutan dan orangutan penting untuk diselamatkan, tetapi masyarakat di sekitar hutan terlebih dahulu diselamatkan (kesejahteraan masyarakatnya  yang utama), mengapa demikian?
Hutan sebagai sumber dari segalanya, mungkin juga lebih dari itu. Mampukah semua makhluk hidup yang ada di sekitar hutan bisa bertahan, bila semuanya tidak diselamatkan alias tidak dipehatikan. Â Â
Hutan, orangutan dan masyarakat di sekitar hutan sesungguhnya merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan. Jika ingin menyelamatkan hutan dan orangutan, maka terlebih dahulu orang atau manusianya (masyarakat) di sekitar hutan menjadi hal yang pertama dan utama untuk diperhatikan (diselamatkan).
Hutan dan orangutan diinginkan untuk dijaga dan dilestarikan, namun tak sedikit nasib masyarakat terkadang terabaikan alias tidak diperhatikan (diselamatkan).
Tak sedikit warga masyarakat yang secara terpaksa untuk menjaga hutan dan orangutan, itu nyata terjadi. Dan ada pula yang menjaga hutan mereka dengan ketulusan (tanpa keterpaksaan). Tetapi, apakah mereka diperhatikan? Sudah sejahterakah mereka, sudah diperhatikan dan sudah diselamatkan atau belum, mereka sejatinya?
Hutan, orangutan dan manusia (masyarakat) selain sebagai satu kesatuan juga harus harmoni. Tetapi untuk harmoni mereka sama-sama harus diselamatkan. Acap kali kita bicara konservasi orangutan dan hutan namun abai kepada masyarakat yang ada di sekitarnya (masyarakat lokal) yang ada secara langsung dan berinteraksi langsung dengan hutan dan orangutan.
Masyarakat acap kali diminta untuk menjaga hutan dan orangutan dengan larangan-larangan agar hutan dan orangutan jangan dibabat juga tak cukup banyak membantu, malah yang terjadi bertambah parah (hutan semakin terkikis menjelang habis dan orangutan semakin dalam ancaman nyata/sangat terancam dalam keberlangsungan hidupnya).
Hutan sebagai sumber kehidupan, demikian dikatakan. Orangutan sebagai spesies payung dan petani hutan. Sedangkan manusia (masyarakat di sekitar hutan) sebagai penjaga yang semestinya pula untuk diperhatikan.
Sudah adakah sumber alternatif lain bagi masyarakat yang bisa ditawarkan agar semua bersama-sama diselamatkan?. Dalam arti kata apa yang bisa dan sudah ditawarkan sehingga masyarakat mampu mencari cara-cara (alternatif) baru untuk keberlanjutan nafas hidup mereka tanpa merusak dan mengancam hutan sebagai habitat hidup orangutan.Â
Masyarakat diminta untuk menjaga, namun terkadang mereka luput dari perhatian (diselamatkan). Cara-cara alternatif sebagai solusi, sebagai tawaran. Jangan hanya larangan-larangan tetapi masyarakat tidak diberi solusi.
Hal lainnya, yang tidak kalah menariknya adalah masyarakat akar rumput selalu dikambing hitamkan apabila hutan terbakar dan orangutan mati. Apakah sesungguhnya mereka pelakukanya?Â
Entahlah, tetapi kemungkinan sudah tahu jawabannya. Tak sedikit luasan hutan terbakar, yang menjadi tertuduh adalah petani dan peladang. Sejak dulu mereka berladang dan bercocok tanam tetapi tak pernah menimbulkan bencana kebakaran.
Masyarakat yang hidup di sekitar hutan tahu betul tata kerama dan aturan tentang satu kesatuan dan keharmonisan dengan alam dengan adat dan tradisi yang mereka jalankan. Mereka (masyarakat) memiliki rasa untuk menghormati dan menghargai, menjaga dan memilihara. Seiring dengan perkembangan waktu, hutan semakin terkikis dan otomatis orangutan dan masyarakat pun sama terdesak.
Desi Kurniawati, selaku koordinator Community Forest & Legal Yayasan Palung, mengatakan; "Mensejahterakan masyarak di sekitar hutan itu adalah kewajiban dan kewajiban masyarakat disekitar hutan untuk menjaga hutan disekitarnya, tidak terkecuali orangutan. Dengan arti kata, kewajiban dari semua pihak untuk menjaganya. Masyarakat sejahtera, hutan terjaga".
Perubahan paradigma sekarang pun sudah semestinya dilakukan, Masyarakat sejatinya menjadi elemen terpenting. Masyarakat menjadi sama-sama penting selain hutan dan orangutan  untuk diselamatkan. Apabila masyarakat sejahtera maka hutan dan orangutan pun bisa terjaga (terselamatkan).
Petrus Kanisius - Yayasan Palung
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI