Mohon tunggu...
Petrus Kanisius
Petrus Kanisius Mohon Tunggu... Wiraswasta - Belajar Menulis

Belajar menulis dan suka membaca. Saat ini bekerja di Yayasan Palung

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

(Puisi) Ketika Kita Tertawa Melihat Bumi Menangis

21 September 2018   14:51 Diperbarui: 21 September 2018   15:08 1458
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sorak sorai kita terus menggema

Tertawa tak terasa itu ada

Menyana tanya tentang apa yang dirasa

Mengapa biarkan bumi menangis itu nyatanya

Tawa rasa tiada kata menertawa

Kata ibarat sampah tak berguna

Risau, gundah gulana, bertanya

Mengapa biarkan bumi menangis, kata siapa?

Berkaca pada tanda nyata yang orang bilang itu bencana

Bukankah itu artinya biarkan bumi menangis merana?

Bumi porak poranda ketika tingkah polah bicara

Bukan lagi mengada-ada karena itu ada

Pepatah lama, pepatah baru tentang dokma rasa

Kata bicara dalam nyata karena mungkin kita lupa?

Bencana mendera lekang membentang asa masa membara

Membara mendera kepada kita

Tengoklah bumi semakin renta

Kita pun semakin tua

Tau arti menjaga?

Atau hanya khayalan belaka

Panas mentari yang semakin terik membakar begitu pula rimba raya

Para satwa semakin pelit bersuara

Lauk pauk semakin jalang di sungai-sungai belantara

Arus haus semakin meraja sebab serakah mengalahkan kokohnya Ciptaan Sang Pencipta

Hembusan angin sepoi-sepoi kini berganti karena membeku disetiap sudut ruang kota

Nyanyian rindu akan bumi yang lestari mencari tuannya

Tangan-tangan tak terlihat tak henti berlomba seolah bumi kepunyaan sendiri saja

Getar nada akan tanda rasa peringatan tak jarang menjadi penanda kemana kita

Kemana kita karena bumi semakin senja

Semakin senja apakah ia (bumi) masih mampu sebagai pembina

Sebagai penopang, penyeimbang penguat  dan penyejuk jiwa

Bila ingin ia (bumi) terus ada bingkailah rasa untuk merenda asa agar bumi tak tinggal cerita.

Ketapang, Kalbar, 21 September 2018

Petrus Kanisius-Yayasan Palung

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun