Tidak bermaksud menggurui atau mengajari, terkait persoalan lingkungan saat ini sudah semestinya menjadi tanggungjawab semua salah satunya lewat pendidikan lingkungan ke sekolah-sekolah.
Seperti misalnya Selasa (24/7) kemarin, Yayasan Palung berkesempatan untuk memberikan materi ceramah (lecture) lingkungan di dua sekolah di Seponti Jaya, Kabupaten Kayong Utara, Kalbar.
Mengajak untuk peduli lingkungan lewat ceramah, jika boleh dikata sebagai satu cara dari sekian banyak cara yang ada dan bisa dilakukan.
Dengan kata lain adalah penyadartahuan (memberikan informasi/kampanye lingkungan/edukasi) kepada generasi muda yang mau tidak mau harus dilakukan saat ini. Salah satunya di ruang lingkup pendidikan lingkungan, lewat sekolah-sekolah yang ada. Pada kesempatan itu, materi ceramah yang mereka bawakan adalah materi terkait persoalan lingkungan yang ada saat ini dan materi tentang gambut.
Pada Kesempatan pertama ceramah, materi yang disampaikan terkait persoalan lingkungan, disampaikan oleh Simon Tampubolon dan Wawan Anggriandi, dari Yayasan Palung di SMAN 1 Seponti Jaya. Dalam penyampaian materi ceramah, siswa-siswi diajak untuk memetakan persoalan lingkungan yang ada di Tanah Kayong.
Adapun dalam penyampaiannya, Nun Mengajak siswa-siswi memahami tentang gambut yang pada dasarnya yang mudah tebakar dan mengering jika lahannya dibuka untuk berbagai kepentingan seperti perluasan untuk pembukaan lahan berskala besar.
Pada kesempatan tersebut, selain menyampaikan materi, Nun Achmad dan Sidiq (Relawan REBONK), simon dan Wawan (Yayasan Palung) mengajak siswa-siswi memahami tentang gambut yang mudah mengering jika di buka lahannya dan gambut yang masih utuh.
Tim PPL Yayasan Palung, mengajak siswa-siswi untuk memahami tentang lingkungan seperti gambut dengan mengumpamakan gambut yang masih baik dengan cara membasahkan spons.
Sedangkan gambut yang telah dibuka adalah diumpakan dengan spons yang kering. "Gambut yang masih baik pasti mudah menyerap air dan gambut yang rusak pasti mudah terbakar", ujar Simon.
Semakin menyempitnya ruang gerak satwa karena kehilangan habitat (tempat hidup) mereka di hutan bicara dalam fakta.
Tak salah kiranya, hilangnya luasan tutupan hutan dengan berbagai persoalannya tidak terkecuali lahan gambut sedikit banyak berpengaruh kepada tatanan kehidupan yang menjalani kehidupan.
Demikian juga seperti diketahui di Kabupaten Ketapang dan Kayong Utara memiliki lahan gambut seluas 637.305 hektare, terluas di Kalimantan Barat yang kaya dengan keanekaragaman hayati seperti tumbuhan dan pohon khas hidup di habitat gambut.
Lahan gambut atau tanah gambut memang ditakdirkan untuk tidak subur karena memiliki tingkat keasaman tanah yang tinggi, apa lagi jika diganti dengan tumbuhan atau tanaman lainnya, hanya tumbuhan yang cocoklah yang bisa tumbuh di lahan gambut.
Adapun ragam tumbuhan yang dapat hidup tumbuh baik di rawa gambut adalah seperti meranti, punak, jelutung, kompas atau kempas dan ramin adalah tanaman asli gambut.
Selain juga tanaman sekunder yang cocok untuk tumbuh di lahan gambut seperti karet, nanas, sagu yang memiliki manfaat ekonomis sebagai alternatif pendapatan masyarakat secara berkelanjutan. Ketersediaan ragam tumbuhan asli gambut pun menyimpan tidak sedikit oksigen dan karbon yang salah satunya sebagai sumber hidup tidak sedikit bagi nafas makhluk hidup.
Bagi nafas dan keberlanjutan makhluk, ini yang menjadi tanda manfaat nyata tekait kondisi gambut saat ini. Luasan lahan gambut begitu banyak yang terampas, tergadai hingga menjelang terkikis habis.
Kondisi inilah sejatinya menjadi sebuah tanda tanya, apakah hutan dan lahan gambut terus menerus akan bisa bertahan dan dapat (di/ter)selamatkan?.
Hal yang sama juga terjadi baik adanya bagi makhluk hidup seperti satwa/primata, rumah atau habitat mereka (satwa) tetap terjaga. Lewat ceramah lingkungan ke sekolah-sekolah berharap ada tumbuh kepedulian dari siswa-siswi untuk peduli dengan lingkungan sekitar.
Rangkaian kegiatan ceramah lingkungan lingkungan yang dilakukan oleh Yayasan Palung tersebut mendapat sambutan baik dari pihak sekolah.
Petrus Kanisius-Yayasan Palung
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H