Mohon tunggu...
Petrus Kanisius
Petrus Kanisius Mohon Tunggu... Wiraswasta - Belajar Menulis

Belajar menulis dan suka membaca. Saat ini bekerja di Yayasan Palung

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Ini "Bahaya" dari Kantong dan Sedotan Plastik bagi Kehidupan

5 Juli 2018   13:18 Diperbarui: 5 Juli 2018   19:46 9789
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 

Tidak bisa dielakkan, tatanan kehidupan masyarakat dunia dan lebih khusus Indonesia setiap harinya selalu akrab dengan kantong dan sedotan plastik. Akan tetapi, ternyata kantong plastik dan sedotan plastik sesungguhnya berbahaya bagi tatanan kehidupan pula.

Setiap kali berbelanja ke mana pun itu namanya seperti di toko, pasar, mall dan tempat di mana dilakukan transaksi jual beli hampir dipastikan kantong plastik selalu ada.

Demikian juga dengan sedotan plastik yang selalu hadir ketika kita makan dan minum. Ketika minum es yang disajikan di dalam gelas hampir pasti sedotan plastik pun ada.

Ternyata semakin banyak penggunaan kantong plastik dan sedotan plastik sedikit banyak berdampak (memiliki dampak) kepada/bagi tatanan kedidupan baik secara langsung atau pun tak langsung.

Dari data dari Eco Watch menyebutkan; manusia di dunia menggunakan (mengkonsumsi) 5 milyar kantong plastik/tahun atau 1 juta kantong plstik/menit.

Apa sesungguhnya bahaya kantong plastik dan sedotan plastik?

Bahaya kantong plastik

Pertama, semakin banyak kantong plastik yang kita gunakan maka akan berdampak pada munculnya persoalan baru yaitu sampah plastik. Sampah plastik yang dimaksud apabila sudah menumpuk maka akan menciptakan sumber penyakit.

Hampir dipastikan sampah-sampah plastik bekas yang (ter/di) buang tersebut akan dikerumuni oleh lalat.

Seperti diketahui, pada tubuh lalat lebih khusus lengan dan tungkai (ekstremitas pada lalat/Drosopila) memiliki banyak bakteri yang bisa menyebabkan/menularkan kuman penyakit seperti sakit perut dan diare ketika dia hinggap pada tubuh manusia.

Kedua, kantong plastik dari sisa-sisa pemakaian baik yang (di/ter) buang ke tanah atau pun ke sungai atau juga ke lautan sangat berdampak kepada makhluk hidup (hewan) yang mendiami wilayah darat, sungai, maupun lautan.

Sebut saja seperti burung yang bisa saja tak sengaja memakan plastik yang mereka kira adalah makanan.

Sama halnya dengan ikan dan penyu yang bisa saja memakan plastik yang dibuang oleh tangan-tangan tidak kelihatan.

Atau apabila mereka tidak sengaja memakan plastik, bisa saja mereka terperangkap kantong plastik yang (di/ter)buang  tersebut.

Berbahaya, hewan bisa sengsara atau bahkan mati karena sampah. Foto dok. tribunnews
Berbahaya, hewan bisa sengsara atau bahkan mati karena sampah. Foto dok. tribunnews
Ketiga, pembuatan kantong plastik dan sampah plastik sangat berbahaya karena bisa memicu peningkatan suhu bumi atau pun boleh dikata juga sebagai pemicu perubahan iklim.

Keempat, penggunaan kantong plastik untuk wadah makanan sedikit banyak bisa mempengaruhi kesehatan manusia karena zat pewarna dari kantong plastik bisa menyerap pada makanan.

Kelima, sampah plastik yang menumpuk di tanah akan terurai sangat lama karena membutuhkan waktu ratusan hingga ribuan tahun.

Selain itu juga sampah plastik dapat mempengaruhi tanaman yang ada di sekitar (menghambat/menghalangi/membunuh pertumbuhan tanaman) karena tanaman tidak bisa tumbuh maksimal. 

Bahaya Sedotan Plastik

Dikatakan dalam banyak sumber mejelaskan bahaya terkait sedotan plastik yang menyebutkan minum menggunakan sedotan dapat menyebabkan keriput di sekitar mulut.

Keriput dapat terjadi ketika kita mengerutkan bibir saat meminum dari sedotan plastik secara terus menerus (rutin) setiap harinya.

Sedangkan sedotan plastik tidak kalah berbahayanya dengan kantong plastik. Eco Watch menyebutkan setidaknya ada 500 juta sedotan plastik/hari dibuang oleh masyarakat dunia setelah  1 kali pakai.

Hal lainnya juga terkait sampah plastik 50 % sampah plastik hanya digunakan satu kali pakai lalu dibuang. Terdapat 80 % sampah lautan berasal dari daratan.

Infografik Stop Sedotan Plastik. Tirto
Infografik Stop Sedotan Plastik. Tirto
Tidak semua sampah plastik bisa diatasi alias tidak bisa semua terangkut dan hampir pasti menumpuk.

Dikhawatirkan pula sampah sedotan plastik dapat mencemari lautan dan berpengaruh juga kepada hewan laut seperti ikan dan penyu yang terkadang menyangka sedotan plastik, seperti makanan sehingga hal tersebut pun dapat menjadi ancaman akan keberlangsungan hidup mereka (hewan di laut). Dan bisa saja mereka mati karena sampah plastik.

Hal lainnya sedotan plastik dapat menyebabkan perut kembung. Alasannya, saat kita minum air lewat sedotan plastik, maka kita menelan udara lebih banyak dari biasanya. Sehingga, menyebabkan kembung dan rasa tak nyaman akibat gas dari udara yang masuk lewat sedotan.

Persoalan terkait dampak sampah plastik dan sedotan plastik setidaknya saat ini menjadi sesuatu yang mengkhawatirkan dan menakutkan saat ini jika tidak cepat ditanggulangi. Mengingat, pemakaian sedotan plastik di Indonesia diperkirakan setiap harinya bisa mencapai 93 juta batang sedotan, sampah sedotan plastik tersebut berasal dari restoran, minuman kemasan dan sumber lainnya (packed straw).

Mengatasi persoalan sampah bagi masyarakat dunia menjadi salah satu target yang harus dilakukan.

Negara-negara maju seperti di Inggris memberlakukan larangan penggunaan plastik.

Bahkan di negara China baru-baru ini memberlakukan berhenti untuk membeli barang-barang dari bahan plastik yang berasal dari negara-negara berkembang.

Katakan tidak untuk kantong plastik. Foto dok. Langit-langit
Katakan tidak untuk kantong plastik. Foto dok. Langit-langit
Ada cara sederhana sebetulnya untuk mengatasi persoalan sampah plastik selain dengan cara daur ulang, salah satunya adalah diet kantong plastik saat berbelanja.

Mulailah dari diri kita saat berbelanja ke pasar agar membiasakan menggunakan tas belanja dengan demikian penggunaan kantong plastik dapat dikurangi.

Hal yang sama juga bisa dilakukan untuk mengurangi penggunaan sedotan plastik dan membiasakan diri untuk mengurangi/berhenti membeli air minum kemasan botol dengan cara membawa wadah dan air minum dari rumah.

Membuat peraturan larangan penggunaan kantong dan sedotan yang berasal dari plastik, atau pun membatasi penggunaan kantong plastik dengan cara sososialisasi yang harus dimulai dari lingkup rumah tangga, sekolah, dan masyarakat menjadi salah satu tawaran untuk solusi mengatasi persoalan sampah plastik.

Berharap pula agar kita bisa memulai dari diri sendiri untuk bijaksana dan peduli dengan persoalan sampah lebih khusus sampah-sampah yang berasal dari bahan plastik.

Stop membuang sampah plastik!!!... Stop menggunakan sedotan plastik!!!... Ayo Peduli dengan sampah!!!...

Apabila kita bisa memulai untuk peduli dengan sampah dengan cara-cara sederhana maka kita ikut berkontribusi memilihara dan menjaga kesehatan bumi.

Sumber tulisan : Diolah dari berbagai sumber

Petrus Kanisius-Yayasan Palung

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun