Mohon tunggu...
Petrus Kanisius
Petrus Kanisius Mohon Tunggu... Wiraswasta - Belajar Menulis

Belajar menulis dan suka membaca. Saat ini bekerja di Yayasan Palung

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Si Kayu Besi, Kian Langka tapi Banyak Diminati

3 Juli 2018   12:06 Diperbarui: 3 Juli 2018   19:01 4349
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kayu Besi atau Ulin tubuhnya yang kuat, semakin diminati namun keberadaanya semakin rentan. Foto dok. Petrus Kanisius

Tak salah kiranya orang menyebutnya kayu besi (ironwood) karena keistimewaannya yang bisa bertahan lama dan boleh dikata kekuatannya dapat mengalahkan besi. Akan tetapi ada kekhawatiran terkait keberadaannya yang semakin rentan saat ini.

Besi bisa berkarat dan rapuh apabila dibiarkan pada keadaan hujan dan panas sepanjang tahun. Sedangkan kayu besi pada situasi hujan dan panas justru membuatnya semakin kuat dan tahan lama.

Dulu Kalimantan menjadi surga tumbuhnya si kayu besi. Walau masih ada saat ini, namun yang pasti sudah atau telah semakin jauh berkurang alias langka.

Sewaktu pulang liburan panjang (libur hari raya Idul Fitri) kemarin, saya dan teman saya Simon Tampubolon berkesempatan mengunjungi bekas pekarangan rumah kami 20 tahun lalu untuk melihat tanam tumbuh (aneka tanaman yang ditanam) kakek-nenek dan bapak-ibu. Saya menjumpai beberapa tunas baru tanam tumbuh si kayu besi. Kayu yang memiliki keistimewaan dan kekhasan. Demikian banyak orang mengatakan tentang tanaman ini.

Ternyata, tanaman si kayu besi/ulin yang sudah bertunas baru tersebut merupakan tanaman yang ditanam oleh Almarhum bapak ketika masih anak-anak menjelang remaja atau sekitar 36-50 tahun lalu. Demikian paman memberi tahu kepadaku. Tunas-tunas baru pohon ulin tersebut merupakan anakan dari pohon ulin yang ditebang pada tahun 2015 silam.

Alasan mengapa pohon ulin tersebut ditebang, alasannya karena bapakku meninggal dunia. Jadi pohon ulin tersebut pun dikorbankan pula untuk bahan pembuatan salib, bahan penutup liang lahat (sebagai bahan bangunan kuburan almarhum bapak).

Tidak bisa disangkal, si kayu besi/ulin menjadi bahan utama bangunan untuk pondasi rumah bagi masyarakat pedalaman atau pun juga perkotaan membutuhkan/memerlukan kayu yang kuat dan tahan lama (tidak mudah diserang penyakit ataupun lapuk).

Kayu besi atau kayu ulin/belian, demikian sebagian besar masyarakat Kalimantan menyebutnya. Sedangkan dalam bahasa latinnya kayu ulin/kayu besi disebut Eusideroxylon zwageri Teijsm & Binned, selalu menjadi primadona karena kekuatannya sebagai salah satu bahan bangunan yang boleh dikata sebagai penyebab utama si Kayu besi semakin langka.

Kayu kelas 1, sebutan lain kayu ulin. Mungkin jika boleh disebut kayu lain belum bisa menandingi kayu ulin/kayu besi. Besi bisa berkarat tetapi kayu besi tak usang dan tahan lama hingga puluhan tahun hingga ratusan tahun.

Tidak salah jika masyarakat di Pedalaman menyebutkan Kayu besi/ulin sebagai pohon yang kayunya memiliki keistimewaan dan kekhasan. Keistimewaannya selain ia kuat mungkin sekuat besi namun juga tahan, tetapi juga memiliki makna dan arti yang sangat tinggi bagi masyarakat di pedalaman, lebih khusus masyarakat Kalimantan.

Pada masyarakat di Kampung di Pedalaman Kalimantan misalnya, memiliki tata aturan yang baik dalam upaya melestarikan tanaman ini. Misalnya, menerapkan aturan di tatanan masyarakat untuk tebang pilih (tidak sembarang tebang terhadap kayu ulin). Dengan kata lain, kayu ulin yang boleh ditebang diameter tertentu 25-30 centimeter atau setidaknya umur kayu ulin yang boleh ditebang adalah sekitar umur 36, 50, 60 tahun.

Jika ukurannya terlalu besar, maka biasanya kayu ulin jarang untuk ditebang. Kayu besi/ulin yang ditebang harus digunakan secara tepat guna dan maksimal. Adapun diameternya kayu ulin terbesar bisa mencapai 120 cm atau lebih dari itu, untuk tinggi, pohon ulin bisa mencapai 40-50 meter dan hidup bisa mencapai 1000 tahun. Sebaran pohon ulin hidup dan tumbuh pada dataran rendah 50-500 mdpl.

Gedung Serbaguna yang dulunya merupakan gereja Katolik di Kec. Simpang Dua, Ketapang, Kalbar. Semua bahan bangunan ini semua bahan bangunannya adalah Kayu Besi. Foto dok. Simon Tampubolon
Gedung Serbaguna yang dulunya merupakan gereja Katolik di Kec. Simpang Dua, Ketapang, Kalbar. Semua bahan bangunan ini semua bahan bangunannya adalah Kayu Besi. Foto dok. Simon Tampubolon
Seperti misalnya, di Kabupaten Ketapang, Kalbar, masyarakat memerlukan kayu besi digunakan untuk pembuatan rumah biasa, rumah adat atau pun rumah betang menggunakan bahan baku Kayu besi/kayu ulin. Papan, tongkat, bahkan kayu ulin juga bisa digunakan untuk atap. Masyarakat biasanya menyebutnya atap sirap. 

Bahkan misalnya seperti di Simpang Dua, kayu ulin boleh dikata sebagai tanaman sakral. Sakralnya karena jika pohonnya besar bisa dikeramatkan (tidak boleh ditebang oleh warga) dan tanaman ulin harus dijaga oleh semua warga kampung. Apalagi misalnya kayu ulin berada di wilayah tanah adat masyarat.

Selain di Pulau Kalimantan, habitat kayu ulin terdapat di Pulau Sumatera, Sedangkan di negara tetangga terdapat di Serawak, Sabah dan Filipina.

Daftar IUCN Red List tahun 2017, memasukkan kayu ulin dalam daftar Rentan (Vurnerable). Data dok. IUCN Red List
Daftar IUCN Red List tahun 2017, memasukkan kayu ulin dalam daftar Rentan (Vurnerable). Data dok. IUCN Red List
Kayu ulin (kayu besi/iron wood) masuk dalam family Lauraceae. Daftar IUCN Red List tahun 2017, memasukkan kayu ulin dalam daftar Rentan (Vurnerable/VU). Keberadaan tumbuhan/tanaman kayu ulin yang rentan sebagai salah satu dampak kayu ulin sangat diminati oleh banyak orang untuk ragam kebutuhan dan keperluan.

Mungkin, jika terus dibiarkan dan jika tidak ada langkah untuk konservasi terhadap tumbuhan ini bisa saja kayu besi/ulin bisa menjadi langka dan bahkan punah. Berharap kayu ulin tidak punah dan bisa lestari hingga nanti karena adanya perhatian dari semua pihak untuk terus menjaga dan melestarikannya.

Petrus Kanisius-Yayasan Palung

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun