Tidak hanya sulit dijangkau, namun realita sekolah-sekolah di pedalaman boleh dikata masih minim dari layaknya fasilitas yang mendukung bagi peserta didik dan jaraknya yang sulit dijangkau. Ya, realita sekolah-sekolah yang berada di Pedalaman tersebut lebih tepatnya berada di wilayah Kec. Manis Mata, Kab. Ketapang, Kalbar. Hal tersebut diketahui ketika kami dari Yayasan Palung mengadakan ekspedisi pendidikan lingkungan ke kampung-kampung bulan Agustus silam selama sepekan.
Jarak tempuh untuk menjangkau wilayah ini membutuhkan waktu yang panjang. Perjalanan panjang menyusuri waktu. Tidak kurang 7-8 jam perjalanan yang kami tempuh untuk tiba di wilayah Manis Mata. Setibanya di Manis Mata pun tak lantas sampai, tetapi kami harus menyusuri jalan yang cukup licin dan jalan yang banyak persimpangannya. Maklum saja, selain jalan propinsi dan jalan kabupaten, ada jalur alternatif, jalur tersebut adalah jalan perusahaan perkebunan kelapa sawit. Sejauh mata memandang, hampir kami tidak menjumpai hutan karena telah berganti tanaman sejenis yang tak lain ialah sawit.
Jumlah siswanya dari kelas 1-6 hanya berjumlah kurang dari 50 orang, ketika kami mengunjungi sekolah tersebut, pada Selasa (8/8). Kami berkesempatan untuk memberikan informasi terkait satwa dilindungi di Kalimantan seperti orangutan, bekantan, kelasi, enggang, kelempiau, dan beberapa satwa lainnya seperti trenggiling dan kukang. Kami menyampaikan informasi dengan media boneka dengan bercerita (bertutur). Kami sagat disambut baik oleh pihak sekolah dan ketika kami menyampaikan puppet show (bercerita menggunakan media boneka), tampak bahagia dari raut wajah 46 murid yang mengikuti kegiatan tersebut.
Pada kesempatan kedua, Kamis (10/8), di SDN 2 Manis Mata, kami berkesempatan juga untuk berkunjung dan memberikan informasi terkait lingkungan hidup dan satwa dilindungi melalui media boneka. Saat kami menyambangi SDN 2 Manis Mata, ada 67 murid yang hadir saat kami menyampaikan materi. Sekolah Dasar ini cukup dekat dengan perkampungan dan tidak terlalu sulit untuk menjangkaunya.
Sedangkan di SMPN 9 Manis Mata, (10/8) saat kami berkunjung diketahui sekolah tersebut merupakan sekolah satu atap (satap) dengan SDN 2 Manis Mata. Siswa-siswinya hanya berjumlah 25 orang dan memiliki 3 guru yang digaji oleh pihak desa setempat, yaitu desa Asam Besar.
Yang cukup lengkap sarana dan prasarananya adalah SMK Taruna Manis Mata, sekolah tersebut merupakan sekolah swasta dan cukup fasilitas termasuk ruang bermain dan perpustakaan.
Kala listrik diperlukan pada siang hari, mereka hanya bisa mengandalkan gengset sebagai sumber listrik. Namun, jika di sekolah yang belum teraliri listrik hampir dipastikan gengset setiap kali dan terbebani biaya bensin yang lumayan besar.
Dari cerita masyarakat, hingga kami mencoba untuk menyambangi wilayah Manis Mata. Di Wilayah ini, ada beberapa ancaman dan potensi. Ancaman yang dimaksud tidak lain adalah masifnya perluasan area untuk perkebunan dan pertambangan yang mengalahkan  tajuk-tajuk pepohonan. Di lain sisi adalah potensi wisata yang jika dikelola dapat dijadikan sumber pendapatan bagi desa ataupun daerah. Iya, potensi tersebut tidak lain adalah Danau Asam Besar yang manis dipandang mata.