Mohon tunggu...
Petrus Kanisius
Petrus Kanisius Mohon Tunggu... Wiraswasta - Belajar Menulis

Belajar menulis dan suka membaca. Saat ini bekerja di Yayasan Palung

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Ternyata Orangutan Memiliki Budaya Lho!

3 Oktober 2017   13:14 Diperbarui: 3 Oktober 2017   13:56 1602
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto Orangutan betina dan bayi yang mendiamiTaman Nasional Gunung Palung. Foto dok. Tim Laman dan Yayasan Palung

Tidak hanya manusia, ternyata orangutan memiliki budaya lho, salah satunya orangutan memiliki budaya membuat sarang setiap harinya dan beberapa budaya lainnya. Hal tersebut diketahui ketika  program penelitian Yayasan Palung melakukan pertemuan di 3 desa sekitar kawasan Taman Nasional Gunung Palung, yaitu desa Tanjung Gunung, Desa Sedahan dan Desa Teluk Melano, Kec. Simpang Hilir, KKU. Di sana, kami melakukan sosialisasi tentang aktivitas penelitian orangutan yang kami lakukan di dalam di Stasiun Penelitian Cabang Panti (SPCP), Taman Nasional Gunung Palung (TNGP) yang dilakukan selama tiga hari (26-28 September 2017), akhir pekan bulan lalu.

Budaya orangutan tersebut selain membuat sarang, juga orangutan memiliki budaya penyayang terhadap anaknya. Ya, ternyata orangutan betina 6 hingga 7 tahun bersama anaknya. Orangutan betina  selalu bersama anaknya hingga anaknya dewasa.

Hal menarik lainnya dari budaya orangutan adalah orangutan jantan bersama betina saat musim kawin tiba. Biasanya orangutan jantan selalu mengeluarkan suara long call (panggilan panjang) untuk menandai kekuasaan wilayah dan menarik perhatian si orangutan betina. Kiss Squek biasa suara dikeluarkan orangutan untuk menandakan bahwa dia (orangutan) sedang terganggu ataupun dalam ancaman baik dari sesama orangutan ataupun juga predator lain termasuk manusia yang berada di wilayah dimana orangutan berada.

Camp Cabang Panti, di TNGP sebagai tempat bagi para peneliti yang melakukan penelitian. Foto dok.Yayasan Palung
Camp Cabang Panti, di TNGP sebagai tempat bagi para peneliti yang melakukan penelitian. Foto dok.Yayasan Palung
Beberapa budaya orangutan tersebut sebagai salah satu pengetahuan baru bagi masyarakat sebagai informasi dan ilmu pengetahuan. Dengan demikian, masyarakat mengetahui apa yang dilakukan dan dikerjakan oleh para peneliti di SPCP, Taman Nasional Gunung Palung.

Adapun aktivitas penelitian di SPCP telah lama dilakukan (lebih dari 20 tahun), namun pada kenyataannya masih banyak masyarakat desa di sekitar kawasan Taman Nasional tidak mengetahui secara pasti, kegiatan apa saja yang kami lakukan. Hal ini telah menimbulkan pertanyaan dari beberapa warga sekitar, dikarenakan seringkali orang asing yang keluar-masuk ke desa mereka untuk menuju ke Taman Nasional.  Sedangkan, bagi warga yang sebelumnya sudah mengetahui tentang aktivitas penelitian kami, namun mereka belum mengerti kenapa kami melakukan penelitian tentang orangutan.

Berdasarkan permasalah tersebut, kami membuat kegiatan sosialisai tentang orangutan dan penelitiannya kepada masyarakat di desa sekitar kawasan Taman Nasional. Tujuan dari kegiatan ini yaitu, agar masyarakat dapat mengetahui secara pasti kegiatan apa saja yang kami lakukan dalam meneliti orangutan. Selain itu, kami ingin masyarakat dapat mengenal lebih dekat tentang kehidupan orangutan, sehingga mereka dapat lebih peduli dalam menjaga orangutan dan habitatnya, Jelas Wahyu Susanto selaku Direktur Penelitian saat ditanyai terkait sosialisasi yang dilakukan.

Wahyu Susanto saat menyampaikan sosialisasi di rumah kepala Dusun Tanjung Gunung. Foto dok. Yayasan Palung
Wahyu Susanto saat menyampaikan sosialisasi di rumah kepala Dusun Tanjung Gunung. Foto dok. Yayasan Palung
Di hari pertama kegiatan sosialisasi, Kamis (26/9), dengan melakukan serangkaian presentasi dan pemutaran film dan diskusi kepada masyarakat.  Lokasi pertama yang kami kunjungi adalah Desa Tanjung Gunung dan acara dilakukan di rumah kepala dusun, yaitu Bapak Bahrul.  Desa ini merupakan jalur utama kami untuk menuju SPCP.

Sebagian dari warga desa ini juga ikut bergabung dalam tim proyek OH sebagai asisten peneliti. Masyarakat desa Tanjung Gunung yang hadir dalam acara ini terlihat antusias dalam mendengarkan presentasi dan pemutaran film yang kami berikan.  

Tak kurang 30 orang lebih yang hadir dalam acara tersebut, mereka terlihat antusias pada saat diadakan pemutaran film tentang budaya orangutan, yang mereka tidak ketahui sebelumnya. Hal ini membuat mereka tersadar bahwa Orangutan juga seperti manusia, yang memiliki perbedaan budaya antara satu populasi dengan populasi orangutan di lokasi lainnya.

Sosialisasi di Balai Desa Sedahan Jaya. Foto dok. Yayasan Palung
Sosialisasi di Balai Desa Sedahan Jaya. Foto dok. Yayasan Palung
Selanjutnya di hari kedua, Jumat (27/9), kami melakukan sosialisasi ke Desa Sedahan Jaya.  Sebenarnya desa Ini tidak jauh dengan lokasi camp penelitian kami di Cabang Panti, apabila ditarik garis lurus dengan GPS, jarak desa ini hanya sekitar 8 Km. Namun demikian, tidak ada jalur khusus yang menghubungkan anatara desa Sedahan dengan Camp penelitian. Hal ini disebabkan karena jalur tersebut harus melewati hutan rawa gambut yang tentunya cukup sulit untuk dilalui. Masyarakat desa Sedahan Jaya sudah mulai terlibat dalam kegiatan penelitian orangutan di Cabang Panti sejak tahun 2009. Sebagian dari mereka ada yang menjadi asisten peneliti, tukang masak dan pengantar losgistik.

Saat sosialisasi dilakukan, sebagian besar peserta yang hadir dalam acara tersebut merupakan perangkat desa dan kepala-kepala dusun yang ada di dalam desa Sedahan. Kepala desa menginginkan agar perangkat desa dan kepala dusun dapat lebih memahami tentang kegiatan penelitian orangutan di Cabang Panti, dengan demikian diharapkan mereka dapat menyampaikan ke warga sekitar.  

Sosialisasi di Balai Desa Teluk Melano. Foto dok. Yayasan Palung
Sosialisasi di Balai Desa Teluk Melano. Foto dok. Yayasan Palung
Dan dihari ketiga, Sabtu (28/9), sosialisasi lakukan di Desa Teluk Melano.  Di desa ini, beberapa warga telah bergabung dengan penelitian orangutan sejak tahun 1992, saat Cheryl Knott membuka penelitian orangutan di Cabang Panti untuk pertama kali.

Menariknya lagi, ada beberapa warga yang telah menjadi asisten sejak Mark Leighton membangun SPCP sejak tahun 1983. Pertemuan diadakan di balai desa dan Kepala Desa (Bapak Margono) membuka acara tersebut. Diskusi tentang orangutan cukup interaktif dan warga terlihat sangat antusias dalam mengikuti kegiatan ini.

Foto bersama dengan warga Teluk Melano. Dok. Yayasan Palung
Foto bersama dengan warga Teluk Melano. Dok. Yayasan Palung
Warga desa ada yang menceritakan pengalaman mereka tentang orangutan, ada yang bercerita jika di masa lalu ada warga yang memelihara orangutan, tetapi sudah dikembalikan ke BKSDA dan ada yang bercerita jika mereka sering melihat sarang orangutan di tepian sungai di daerah Perawas, karena hutan di dalamnya telah berubah menjadi perkebunan kelapa sawit. Terdapat sekitar lebih dari 30 orang yang terdiri dari aparat desa dan warga desa Teluk Melano menghadiri acara sosialisai ini. Kepala desa sangat senang dengan kegiatan sosialisasi yang kami adakan ini di desa Teluk Melano dan ini sangat bermanfaat bagi warga desa untuk mengenal lebih dekat tentang kehidupan orangutan.

Serangkaian kegiatan sosialisasi di 3 desa di Kec. Simpang Hilir tersebut berjalan sesuai rencana dan mendapat sambutan baik dari warga.

 

Petrus Kanisius-Yayasan Palung

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun