Banyak cara yang dapat dilakukan untuk melihat ragam indahnya ciptaan Ilahi. Kami pun beruntung bisa berjumpa danau yang manis dipandang mata dan sangat layak untuk dijadikan potensi wisata. Setidaknya itu yang kami rasakan saat perjalanan terasa sangat panjang ketika kami Yayasan Palung melakukan ekspedisi pendidikan lingkungan menuju desa-desa di Kecamatan Manis Mata, Ketapang, Kalbar, selama lima hari, (7-11/8/2017) pekan lalu.
Tidak hanya perjalanan panjang menyusuri waktu kurang lebih sembilan jam perjalanan hingga tiba di tempat yang kami maksud, tetapi jalan tanah dan cukup licin dan berlubang kami rasakan saat dalam perjalanan, juga ragam realita kehidupan terlihat dan begitu kami rasakan. Hamparan hutan terlihat telah tersisih dan berganti dengan tanaman monokultur yang tidak lain adalah tanaman sawit, juga berganti menjadi lahan pertambangan.
Kami berkesempatan memberikan informasi tentang satwa yang dilindungi dengan media boneka. Satwa yang kami perkenalkan seperti orangutan, bekantan, kelempiau, kelasi, burung enggang, trenggiling dan beberapa satwa lainnya yang acap kali menjadi buruan dan juga terhimpit di habitatnya karena perubahan fungsi hutan menjadi area lain.
Kami juga menyampaikan perbedaan antara kera dan monyet, jika kera tidak mempunyai buntut (ekor) sedangkan monyet memiliki ekor. Selain itu juga, perbedaan kera besar dan kera kecil dimana kera besar, adalah orangutan yang hanya terdapat di Pulau Kalimantan dan Sumatera. Jenis kera besar lainnya seperti Bonobo, Simpanse dan Gorila habitatnya di Afrika. Sedangkan kera kecil seperti kelempiau.
Pula kami mengunjungi SMPN 05 Manis Mata di Desa Seguling, SMPN 09 Manis Mata di Desa Asam Besar dan SMK Taruna di Desa Lembah Mukti, Kecamatan Manis Mata. Kegiatan ini bertajuk lecture, materi yang kami sampaikan tentang pengenalan hutan dan orangutan serta manfaatnya bagi manusia.
Pemutaran film lingkungan kami lakukan untuk masyarakat di Desa Ratu Elok dan Desa Asam Besar. Pada pemutaran film lingkungan, kami sampaikan juga sosialisasi tentang undang-undang perlindungan terhadap satwa liar dilindungi. Beberapa hal terkait anjuran untuk tidak memelihara, memperjualbelikan ataupun membunuh dan mengonsumsi satwa dilindungi.
Pada kesempatan tersebut, Mamang selaku Kepala Desa Asam Besar mengatakan; di desanya, hutan di desanya sudah semakin sempit itupun menurutnya hanya tersisa hutan keramat Natai Kui, Natai Tulang. Selain itu juga kebun karet. Ini tentu mengkhawatirkan untuk masa yang akan datang, mungkin hutan tidak ada lagi yang tersisa jelasnya lagi.
Lebih lanjut menurutnya, di desa mereka memiliki danau yang potensi Ekowisata. Danau yang dimaksud adalah danau Asam Besar.
Seperti yang terlihat saat kami berkesempatan mengunjungi danau, memang benar adanya. Danau Asam Besar di desa Asam Besar, Kecamatan Manis Mata sangat manis dipandang mata karena airnya yang jernih dan memiliki potensi jika dikelola dapat menjadi sumber penghasilan bagi masyarakat setempat. Ragam tumbuhan dan burung mendiami danau itu. Tumbuhan rasau, pepohonan belangiran dan menurut penuturan warga, ikan biawan, jujung, kelik (lele), sepat siam dan ikan toman. Tentunya itu jika boleh dikata sebagai sumber penghasilan masyarakat setempat dengan syarat harus didukung oleh semua pihak untuk melihat peluang tersebut dimasa yang akan datang.