Mohon tunggu...
Petrus Kanisius
Petrus Kanisius Mohon Tunggu... Wiraswasta - Belajar Menulis

Belajar menulis dan suka membaca. Saat ini bekerja di Yayasan Palung

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Sisa-sisa dari yang Tersisa

16 Mei 2017   18:36 Diperbarui: 16 Mei 2017   18:44 591
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sisa-sisa dari yang tersisa. Foto dok. Yayasan Palung

 Tak salah kiranya bila sisa kini terasa semakin terabai atau terabai (kan), mungkin itu kata bila boleh untuk dikatakan.

Sejatinya disayang untuk keberlanjutan hingga nanti. Tetapi tidak disayang. Itu bukan tentang cinta kepada seseorang. Namun, tentang sisa-sisa yang tersisa dan sudah pasti tersiksa. Ini tentang kasih sayang kita kepada sesama juga semesta.

Sesama kita semua makhluk penghuni bumi, rumah penopang siang dan malam berupa tajuk-tajuk nan rimbun yang semakin botak alias menuju terkikis menjelang habis. Ini yang terjadi hari ini. Sejatinya sisa yang terjaga tak lagi terampas atau tergadai. Semua mata tertuju bila asap kerap mengepul,  tanah bersisir rapi tetapi bukan tajuk-tajuk pepohonan yang berdaun berada diantara tengah tanah lapang gersang juga lubang menganga di jurang tepi menanti maut juga hidup mati para pengais rejeki.

Sesama yang tidak lain para satwa  berusaha menjadi penjaga, penabur menabur agar tajuk-tajuk masih boleh berdiri kokoh. Para satwa secara perlahan tanpa kerasan tak kuat terusir bunyi senapan api jua mesin gergaji yang jarang berhenti saban hari.

Namun apa boleh dikata, rimbun kini sulit dicari. Tinggal yang sisa-sisa dari yang tersisa harusnya menjadi perhatian dari semua andai boleh peduli bila ingin bertahan dan berlanjut hingga nanti lestari. Bilamana bila kita yang ada jika boleh menyelamatkan sisa-sisa dari yang tersisa itu, mungkin kita tak gaduh, tak rapuh, tak menetes derai air mata dan bencana sudah pasti tak ada melanda bila hutan tetap ada dan terjaga.

Sisa-sisa  dari yang tersisa ini jadinya kini;

Tajuk-tajuk nan rimbun kian (di/ter) pangkas, digerus hingga ditimbun

Nyanyian merdu para burung dan primata sudah semakin sayup terdengar karena bersembunyi

Sisa dari yang tersisa tak jarang menjadi kenangan dalam lamunan tanpa ampun

Menanti tuan para pencari rejeki yang selalu terlihat semakin mengabai yang tersisa ini

Belantara  luas nan hijau telah rata dan rebah tak berdaya terlilit hingga sempit menyempit

Sisa dari yang tersisa seakan dilema, terkikis berarti habis menanti derai air mata

Riuh rendah ombak bergulung bersamaan dengan air banjir tumpah ruah ke desa hingga desa mengapit

Peduli itu jurus sakti yang kini menjadi pilihan bukan angan-angan semata tapi nyata adanya

Sisa-sisa yang tersisa itu tidak lain, tidak bukan adalah tentang hutan

Hutan dimana rumah para satwa jua makhluk lainnya tidak terkecuali orangutan

Hutan, orangutan dan manusia itu semestinya harmoni menjadi satu kesatuan

Satu kesatuan yang tidak terpisahkan untuk selalu menjaga sebagai keberlanjutan nafas kehidupan.

Jangan mengaduh sampai gaduh bila sisa-sisa dari yang tersisa hilang sekejap mata hingga derai air mata. Tetapi, kiranyanya rawatlah sisa-sisa yang tersisa menjadi pemersatu sebagai upaya bersama agar kelak terbebas dari bencana dan belantara tetap ada hingga selamanya.

Ketapang, Kalbar 16/5/2017

Petrus Kanisius-Yayasan Palung

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun