Tulisan ini ditulis semata-mata menurut pandang (kaca mata) saya saja, tidak bermaksud memperdebatkan terkait bumi. Namun, rasanya bumi tidak cukup hanya dikatakan sebagai tempat hidup saja. Mengapa demikian?.
Bumi sebagai tempat hidup (habitat). Dengan demikian sudah pasti, bumi sebagai tempat hidup (Odum, tahun 1993), berarti pula menjadi ruang lingkup dimana tercipta ruang-ruang lingkungan yang dimanfaatkan oleh beragam makhluk hidup yang mendiaminya. Dengan demikian (karena menjadi ruang lingkup lingkungan) bagi semua makhluk membentuk berkembang biak, memanfaatkan dan saling mempengaruhi satu dengan yang lainnya pula. Dasar pemikiran ini seperti yang dikemukakan oleh Clements dan Selford, tahun 1939.
Singkatnya, bumi tak hanya sebagai tempat hidup/rumah tetapi juga sebagai ruang untuk berkembang biak, saling mempengaruhi dan memanfaatkannya.
Berkembang biak, Saling mempengaruhi dan Memanfaatkannya sekaligus juga sebagai Nafas hidup
Berkembang biak sudah pasti memerlukan tempat didiami dan itu sudah pasti bumi. Sejak berabad-abad bumi menjadi rumah/tempat hidup dimana makhluk hidup membutuhkan ruang yang nyaman, aman dan sehat. Bumi dari hari ke hari semakin sempit adanya seiring semakin bertambah/berkembang biaknya makhluk hidup, tidak terkecuali manusia.
Berkembang biaknya manusia ternyata sedikit banyak mempengaruhi satu dengan yang lainnya. Misalnya saja, perlu ruang (lingkungan) tempat dan tidak jarang (sadar/tidak sadar) manusia pula mengorbankan spesies lainnya. Ruang lingkup bumi yang semakin sempit (diisi oleh sebagian besar manusia) seperti daratan sudah pasti menjadikan manusia satu dengan yang lainnya pula untuk berlomba-lomba mencari tempat bahkan berusaha untuk menguasai (mendominasi) antara satu dengan yang lainnya pula.
Penghuni bumi sudah pasti dengan saling bersaing untuk mempertahankan habitat/tempat hidup dengan cara saling mempengaruhi. Acap kali, saling bersaing dan terkadang ingin mendoninasi tempat hidup sehingga akan mengorbankan (berdampak) kepada spesies lainnya. Tidak bisa dipungkiri, dengan semakin padatnya isi bumi sehingga ruang semakin sempit, itu pasti. Tidak sedikit spesies makhluk hidup yang mendiami dataran/daratan kian terhimpit karena sempit. Tidak jarang pula spesies tersebut menjadi korban hingga langka bahkan tinggal cerita karena akibat saling mempengaruhi tersebut. Belum lagi ditambah dengan dampak akibat perbuatan karena memanfaatkan.
Sudah semakin banyak contoh yang menyuguhkan dampak dari hilangnya spesies dan diperparah oleh semakin menyempitnya luasan hutan atau daratan kurang lebihnya karena disebabkan ulah manusianya dengan memanfaatkan alam dan lingkungan sehingga tidak jarang bermuara pada ada yang menyisih dan tersisih. Diperlukan kebijaksanaan dari semua pihak untuk melihat kondisi/keadaan bumi yang kita diami saat ini.Termasuk perilaku kita dalam kehidupan sehari untuk bijaksana dalam memanfaatkan ruang, berkembang biak, sekaligus menjaga kesehatan bumi.
Semakin bertambahnya penghuni ditmbah dengan usia bumi yang semakin tua dan renta. Tidak bisa disangkal, bumi menjadi rumah bagi semua makhluk hidup yang keadaannya sedapat mungkin untuk terus dijaga dan dirawat. Sebagai pengingat kepada kita semua tentang kondisi bumi dan kini “peringatan” untuk meningkatkan kepedulian siapa saja terhadap kesehatan bumi untuk nafas semua makhluk boleh berlanjut. Dengan kata lain pula bumi, boleh dikatakan juga sebagai nafas hidup yang harus berlanjut hingga nanti dari generasi ke generasi.
Kesehatan bumi sudah semakin terganggu, tidak sedikit contoh bencana yang terjadi seperti banjir, angin puting beliung, badai, longsor, gempa bumi dan beragam kejadian lainnya. Hal ini tentu perlu menjadi perhatian khusus kita semua secara bersama pula.
Ada banyak cara yang kita dapat lakukan, tindakan nyata menjadi pilihan yang harus dilakukan demi menjaga kesehatan bumi dan keselamatan kita sebagai makhluk hidup yang mendiaminya (bumi/sebagai rumah) yang aman dan nyaman. Dengan demikian pula, jaga dan peliharalah kesehatan bumi. Berperilakulah bijak dengan bumi hingga nanti demi anak cucu. Selamat menyongsong hari bumi 22 April 2017, besok.
Petrus Kanisius-Yayasan Palung
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H