Tak hanya kunjungan lapangan (fieldtrip), namun menjelajahi hutan bisa dikata banyak hal yang dapat dilakukan diantaranya mengembangkan sinergisitas dengan para pihak. Setidaknyanya itulah yang Yayasan Palung (GPOCP) dan BTNGP dengan Para Pihak lakukan selama tiga hari (14-16 Maret 2017) kemarin, di Lubuk Baji yang merupakan Kawasan Penyangga Taman Nasional Gunung Palung.
Akan tetapi, rasa capek yang mereka rasakan dijamin terbayar lunas dengan hamparan hutan di sekitar kawasan menuju hingga saat berada (sampai) di kawasan Lubuk Baji, TNGP. Benar saja, ragam suara enggang, kelempiau sesekali akrab terdengar tak jauh dari kami, namun enggan menampakan dirinya. Demikian juga suara pancuran air terjun Lubuk Bengkik atau juga Riam Lubuk Baji begitu bergemuruh terdengar. Sesekali beberapa peserta tidak sabar untuk turun karena tergoda dan berkendak membasmi keringat yang telah menyatu saat dalam perjalanan dan melepas dahaga dengan segar dan sejuknya air yang terjun tiada berhenti turun dari ketinggian kurang lebih 10 meter tentu hal yang mengasyikan dan menyenangkan.
Di hari pertama, beberapa kegiatan seperti pemaparan beberapa program kegiatan yang dilakukan oleh Yayasan Palung disampaikan kepada para pihak. Terri Breeden, selaku direktur Yayasan Palung mempresentasikan kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh Yayasan Palung diantaranya melalui Program Perlindungan Satwa, Pendidikan Lingkungan dan media kampanye, Program Livelihood telah bersentuhan langsung dengan masyarakat. Seperti misalnya melalui beberapa program yang Yayasan Palung memiliki dampak postif dan bisa berlanjut hingga saat ini.
 Sedangkan presentasi tentang penelitian disampaikan oleh Wahyu Tri Susanto sebagai Direktur Penelitian Yayasan Palung. Wahyu, menjelaskan Gunung Palung, sebagai Taman Nasional, Gunung Palung memiliki  yang menarik diantaranya memiliki memiliki 8 tipe habitat hutan , monitoring satwa; tidak hanya orangutan, tetapi satwa lain seperti kelasi kelempiau dan keanekaraman tumbuhan bisa dijumpai ditempat ini. Jika pengunjung ramai dan agak ribut sedikit sulit untuk bersua/berjumpa dengan orangutan. Selain itu, di TNGP memiliki kelimpahan  satwa.
Mengembangkan sinergisitas yang tidak lain sebagai upaya pelestarian dan perlindungan lingkungan hidup merupakan tanggung jawab bersama seluruh komponen di dalam sebuah negara yaitu masyarakat, organisasi non pemerintah, pemerintah dan pihak swasta yang berada di dua wilayah kabupaten (Kayong Utara dan Ketapang), Kalbar. Para pihak terutama pemerintah dan organisasi non pemerintah memiliki agenda masing-masing dalam upaya tersebut yang perlu disinergiskan agar dapat saling mengisi dan mendukung.Â
Dengan kata lain kegiatan ini bertujuan; Pertama, Mengembangkan sinergisitas program antara Yayasan Palung, Stasiun Riset Cabang Panti (SPCP), Balai Taman Nasional Gunung Palung (BTNGP) dan SKPD Kabupaten Ketapang dan Kayong Utara. Kedua, Meningkatkan kerjasama antara para pihak dan ketiga, Rekreasi dan Refreshing ke Taman Nasional Gunung Palung. Atau dengan kata lain tujuan dari kegiatan ini singkatnya adalah membangun sinergisitas para pihak untuk perlindungan kawasan dengan ragam kegiatan yang mungkin bisa disingkronkan untuk dilakukan secara bersama-sama pula.
Selanjutnya, dilanjutkan dengan diskusi rencana tindak lanjut (RTL) antara lain berupa kerjasama antara instansi yang hadir dan juga melibatkan instansi yang tidak hadir. Pentingnya kersama  dari berbagai pihak di Kabupaten Ketapang dan Kayong Utara ini sangat penting untuk perlindungan kawasan konservasi.
Para pihak yang mengikuti kegiatan ini menyambut baik dengan adanya rencana kerjasama (sinegisitas) bersama disekitar kawasan TNGP. Setelah penyusunan RTL, dilajutkan pembacaan puisi lingkungan oleh Yohanes Terang, Aktivis dan tokoh masyarakat, penulis buku; Menjaga Yang Tersisa, Beliau sekaligus juga sebagai Pembina Yayasan Palung. Puisi tentang, Gunung Palung Yang Agung Nafas Penyambung.
Sekilas tentang asal usul Lubuk Baji
Nama Lubuk Baji berlatar belakang legenda seseorang pekerja yang kehilangan sebuah baji (pasak) di sekitar sebuah lubuk. Si pekerja terus melakukan pencaharian tetapi tidak ditemukan. Sejak saat itulah tempat ini dinamakan Lubuk Baji. Lubuk Baji memiliki ketinggian kurang lebih 10 meter, dengan suasana sejuk dikelilingi pepohonan menjadi tempat yang menarik untuk beristrahat dan sekedar berfoto.
Asal Usul Batu Bulan
Menurut masyarakat setempat, saat bulan purnama batu ini (batu bulan) seperti memantulkan cahaya bulan purnama bila dilihat dari arah perkampungan terdekat, sehingga masyarakat menamakan batu ini batu bulan.
Petrus Kanisius-Yayasan Palung
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H