Mohon tunggu...
Petrus Kanisius
Petrus Kanisius Mohon Tunggu... Wiraswasta - Belajar Menulis

Belajar menulis dan suka membaca. Saat ini bekerja di Yayasan Palung

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Cap Go Meh di Ketapang: Tidak Hanya Hiburan tetapi Juga Merawat Tradisi Nenek Moyang

13 Februari 2017   13:21 Diperbarui: 13 Februari 2017   13:31 1042
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Saat Parade berlangsung, terlihat beberapa lampu lampion juga. Foto Ari Co'i

Sesekali, barongsai memamerkan keahlian tarian singa saat musik khas barongsai ditabuhkan bersama liukan parade naga ketika barongsai menghampiri beberapa rumah yang menyiapkan angpao.  Hal tersebut terlihat saat hari hari raya Cap Go Meh 2568 bagi masyarakat Tionghoa tiba pada Sabtu, (11/2/2017) kemarin, di Kabupaten Ketapang, Kalbar.

Seperti terlihat, tumpah ruah masyarakat pun menyatu menjadi satu ketika perarakan parade barongsai dan naga berkeliling dan singgah di beberapa tempat. Acara ini juga sejatinya menjadi tanda keberagaman dan kebersamaan yang terlihat setiap kali acara Tahun Baru Imlek dirayakan setiap tahunnya hingga kini.

Iya, benar saja antusias tradisi merayakan acara ini tidak hanya dilakanakan oleh masyarakat Tionghoa tetapi juga masyarakat lain seperti Dayak, Melayu, Jawa, Bugis, Madura,Padang serta Batak, NTT dan NTB berbaur, berbaurmenjadi satu, kata Wahyu Susanto ketika ia meyaksikan dan merekam rangkaian kegiatan Cap Go Meh tersebut di jalan Merdeka (Pasar Lama), kemarin (11/2).

Merujuk pada arti Cap Go Meh melambangkan hari ke-15 dan hari terakhir dari masa perayaan Tahun Baru Imlek bagi komunitas Tionghoa di seluruh dunia. Istilah ini berasal dari dialek Hokkien dan secara harafiah berarti hari kelima belas dari bulan pertama. (Sumber, wikipedia).

Menariknya lagi, para pemain Naga dan Barongsai yang melakukan parade atau pawai adalah beberapa masyarakat dari beberapa panguyuban, komunitas, sekolah atau pun sanggar yang mana  tidak hanya dari kalangan masyarakat Tionghoa tetapi juga multi etnis.

Naga dalam parade tersebut terdiri dari beberapa naga yang berkeliling di wilayah Ketapang, yang terlihat ada sekitar empat ekor naga yang rata-rata pajangnya kurang lebih 50 meter, Kata Wahyu. Dalam parade tersebut ada juga ada terlihat dikerumuni oleh banyak masyarakat yang hendak menyaksikan naga ujar Wahyu lebih lanjut.  

Parade Naga saat Cap Go Meh. Terlihat masyarakat tumpah ruah menyaksikan Naga dan Barongsai. Foto 2 dok. Wahyu Susanto
Parade Naga saat Cap Go Meh. Terlihat masyarakat tumpah ruah menyaksikan Naga dan Barongsai. Foto 2 dok. Wahyu Susanto
Dalam sejarah Masyarakat Tionghoa, Tahun Baru Imlek yang tidak lain adalah perayaan terpenting masyarakat Tionghoa dalam menyambut tahun baru dalam menentukan nasib dan kehidupannya dalam tahun yang akan datang. Biasanya masyarakat berharap di tahun baru ada peruntungan baru dan mendapatkan rejeki yang lebih baik dari tahun-tahun sebelumnya.

Perayaan tahun baru imlek dimulai di hari pertama bulan pertama di penanggalan Tionghoa dan berakhir dengan Cap Go Meh di tanggal kelima belas.Hari pertama dari bulan pertama kalender Imlek (sumber, Wikipedia). Pada tahun 2017 adalah tahun Ayam Api. Tahun ini merupakan tahun Ayam yang berunsur ‘Api’ dan bersifat ‘Yin’ (bukan ‘Yang’). Setiap tahun umumnya memiliki warna keberuntungan tersendiri. Jika Anda menggunakan warna keberuntungan dalam keseharian, maka segala sesuatu hal yang menarik Anda pada akhirnya akan berubah menjadi keinginan. Dengan kata lain, itu seperti memberikan pesona keberuntungan dan memberkati Anda dengan kelimpahan dan kemakmuran. (Sumber, Tionghoa.info).


Parade Naga Cap Go Meh tahun 2017 di Ketapang, Video oleh WahyuSusanto

Yang Paling ditunggu saat Cap Go Meh juga adalah saat tatung memperagakan kebolehannya. Biasanya tatung akan menyuguhkan atraksi yang terkadang tidak masuk akal tetapi benar-benar terjadi (nyata). Biasanya tatung memperagakan atraksi memukau dengan aksi-aksi kebal mereka. Hal ini menurut cerita, tatung biasanya dimasuki oleh roh dewa atau leluhur sehingga pemeran/orang yang menjadi tatung mampu melakukan atraksi berbahaya tanpa sakit ataupun cedera patal. Tidak jarang tatung menyayat tubuh dengan senjata tajam, menginjak banyak paku, menusukan mulut mereka dengan besi atau biasanya tatung juga duduk di atas pedang yang tajam. Tetapi tatung tidak mengalami sakit atau cedera sama sekali, hal ini karena tatung selalu melakukan ritual sebelum menggelar acara yang dimaksud.  

Tatung saat melakukan atraksi dengan menginjak-injak pisau tajam. Foto dok Ari Co'i
Tatung saat melakukan atraksi dengan menginjak-injak pisau tajam. Foto dok Ari Co'i
Memberikan Angpao dan menerima Angpao merupakan tradisi dan kebudayaan masyarakat Tionghoa yang terbentuk dan dilakukan dalam jangka waktu yang sangat lama sekali. “Ang” atau Merah merupakan warna kesenangan masyarakat Tionghoa yang memiliki arti kebahagian, kesenangan, keberuntungan, hoki dan semangat. Kebudayaan Ang Pao berasal dari konsep untuk saling membalas kebaikan diantara sesama dan juga menunjukkan keharmonisan antar anggota keluarga, teman, saudari dan kolega kerja (sumber, Makna pemberian angpao di tahun baru Imlek dalam vinaviriya.com).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun