"Setidaknya hasil dari menganyam daun pandan, pengrajin dapat memperoleh pendapatan alternatif masyarakat tanpa merusak hutan, pengrajin bisa merenovasi rumah dan dapat membeli perhiasan serta dapat menyekolahkan anak ke Perguruan Tinggi"
Sepenggal kisah ini, merupakan cerita sukses pengrajin dari salah satu program pendampingan untuk masyarakat yang berada dikawasan Taman Nasional Gunung Palung (TNGP) oleh Yayasan Palung. Program ini  salah satunya adalah untuk mengangkat perekonomian masyarakat melalui bidang kerajinan tradisional yang ada di Kabupaten Kayong Utara (KKU), Kalbar. Potensi SDA dan SDM yang ada di sekitar TNGP sangat mendukung untuk meningkatkan keterampilan dan kesejahteraan masyarakat lokal melalui pemanfaatan hasil hutan bukan kayu berupa pandan dan nipah. Hal inilah yang mendorong Yayasan Palung untuk membina para pengrajin hasil hutan bukan kayu (HHBK) hingga para pengrajin menuai cerita sukses, salah satunya dengan mengayam pandan mereka meningkatan ekonomi sehari-hari, tidak terkecuali merenovasi rumah hingga dapat membeli perhiasan.
Sudah cukup banyak testimoni (kesaksian) pengrajin yang merasakan hasil dari penjualan kerajinan pandan tersebut dalam memenuhi kebutuhan rumah tangga masyarakat pengrajin. Mulai dari membeli kendaraan (motor), membeli perhiasan, merenovasi rumah, membantu biaya pendidikan anak, membeli perabot rumah tangga, hingga kepada pemenuhan akan kebutuhan sandang dan pangan.
Melalui penjualan kerajinan pandan Ibu Ayu Baiti dari kelompok HHBK Karya Sejahtera mampu membeli perhiasan berupa gelang dan dua buah cincin emas. Ini adalah desakan dari anak-anaknya karena mengingat usianya yang sudah hampir mencapai 55 tahun. Sebenarnya tidak hanya membeli perhiasan saja, menurut Ibu Ayu Baiti pada tahun 2012 setelah pembentukan kelompok Karya Sejahtera, beliau mendapatkan hasil dari penjualan produk kerajinan pandan melalui event pameran Expo KKU dan mendapatkan hasil sekitar Rp 2,5 juta. Uang yang terkumpul dijadikannya sebagai uang muka untuk beli (kredit) motor dan untuk pembayaran setiap bulannya beliau menggunakan uang dari hasil penjualan kerajinan pandan yang difasilitasi oleh Yayasan Palung dan DEKRANASDA KKU. Hingga 3 tahun lebih lamanya, kredit motor tersebut akhirnya bisa dilunasi oleh Bu Ayu Baiti melalui penjualan kerajinan pandan.
Bu Ayu Baiti dan Bu Rajemah merupakan contoh pengrajin yang menikmati hasil dari program ekonomi alternatif Yayasan Palung melalui pendekatan anyaman kerajinan tradisional ini. Sebenarnya masih banyak masyarakat pengrajin atau penerima manfaat yang merasakan hasil dan keuntungan dari program tersebut. Sebut saja Ibu Hatimah, Ibu Aisyah, Ibu Ramlah, Ibu Ida, Ibu Norani, Bu Asnah, Bu Salmiah, Pak Darwani dan masih banyak lagi pengrajin lainnya. Menurut masyarakat pengrajin, hasil penjualan kerajinan mereka sejak bersama Yayasan Palung telah meningkat secara signifikan dan bahkan bisa membuat mereka untuk menabung. Hasil penjualan setiap bulan bisa digunakan untuk kebutuhan biaya makan dan minum dan bahkan bisa digunakan untuk memenuhi keperluan lain selain ditabung.
Ini adalah cerita sukses (keberhasilan) dari masyarakat pengrajin HHBK yang berada disekitar kawasan TNGP. Informasi yang dituliskan dalam artikel ini diperoleh dari kegiatan monitoring yang secara rutin dilakukan oleh tim SL-YP ke masyarakat pengrajin. Semoga program ini bisa terus bermanfaat bagi masyarakat disekitar TNGP. Salam lestari.
Tulisan ini sebelumnya telah dimuat di blog Yayasan Palung
Penulis : Wendi Tamariska, Sy. Abdul Samad dan Petrus Kanisius-Yayasan Palung