Selain itu, Ignasius Kamila Hendi, salah seorang tokoh muda di desa Mekar Raya mengatakan,  masyarakat belum tau status hutan lindung  atau SK, perlu tau petanya juga, yang disimpan arsipnya di kantor desa. Jika konservasi bawas masyarakat perlu dibahas dan ditelaah ulang. Hingga saat ini dinas kehutanan tidak ada membuat pos, dan belum ada monitoring. Pemanfaatan keanekaragaman hayati yang terdapat di dalam hutan,  sesungguhnya masyarakat mengikuti undang-undang yang berlaku. Pengurangan dan kerusakan hutan terjadi di wilayah desa tersebut lebih lanjut menurutnya karena perkebunan kelapa sawit.
Lebih lanjut, menurut bapak Atek yang merupakan Kaur Desa Mekar Raya mengatakan, Masyarakat mengharapkan ada penjelasan dari Dinas Kehutanan tentang Hutan Lindung Gunung Juring. Masyarakat juga membutuhkan sharing pengalaman dari pihak luar terkait persoalan-persoalan lingkungan.
Tidak hanya itu, menurut Bapak Leon, salah seorang warga di Mekar Raya mengatakan Hutan Lindung Gunung Juring, sejatinya sudah diketahui masyarakat sejak tahun 1989. Namun warga menganggap hutan lindung tersebut belum sah karena tidak ada SK, sebelum adanya hutan lindung, masyarakat sudah membuka lahan kebun disana. Terkait hutan lindung pernah ada satu kali bantuan pembibitan, harapannya tidak hanya satu kali saja, tetapi setiap tahun untuk berkegiatan, tegasnya lagi.
Di Desa Mekar Raya, menurut Bapak Ado Neti salah seorang tokoh masyarakat mengatakan; hutan yang ada di wilayah mereka saat ini sangat membantu masyarakat. Sumber air bersih sangat melimpah di sini, hal ini tidak terlepas dengan kearifan budaya dan tradisi masyarakat untuk menjaga hutan masih ada, ungkap Niti demikian ia disapaan sehari-hari. Lebih lanjut, Kakek berumur 53 tahun tersebut menjelaskan di wilayah Mekar Raya, ada hutan dan sungai keramat, selain air yang terjaga, ikan-ikan di sungai keramat bernama Tanikng tidak boleh diambil sejak dulu. Hingga saat ini, masyarakat mempercayai, jika ada orang yang mengambil ikan di wilayah keramat tersebut akan menanggung resiko, bahkan tidak tidak main-main karena bisa sakit keras atau bahkan meninggal bila mengambil ikan di wilayah tersebut.
Semua rangkaian kegiatan berjalan sesuai dengan rencana dan mendapat sambutan baik dari masyarakat dan pihak sekolah. Semoga di tahun-tahun mendatang, kegiatan seperti ini masih boleh kami lakukan.
Petrus Kanisius-Yayasan Palung
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H