Pohon Ficus spp(kayu ara) demikian ia dikenal dalam bahasa latinnya dan disebut fig trees atau figs dalam bahasa Inggris. Tetapi, kayu ara banyak sekali spesiesnya.Yang paling dikenal adalah pohon beringin (Ficus benjamina-miq) karena keistimewaannya bagi kehidupan makhluk hidup.
 Menurut Edward Tang, salah satu konsultan ekologi yang juga bekerja di Yayasan Palung, mengatakan; Pohon Ficus spp tak ubah jika boleh dikata adalah sebagai super market (tokoserba ada) bagi kehidupan semua makhluk hidup karena selalu menyediakan atau sebagai penyedia kebutuhan (hidangan lezat) berupa buah dari pohon tersebut.
Menurut beberapa sumber data menyebutkan, ternyata kayu ara memiliki jenis yang paling banyak di dunia yaitu 850 jenis, tersebar di wilayah Asia, Amerika, Amerika Latin dan Afrika. Sebagian besar jenis kayu ara adalah sebagai rumah, sumber makanan burung dan satwa.
Ficus benjamina yang ditanam dan dijadikan hiasan disekitar rumah. Foto dok. Gardenonline
Ficus crassiramea atau sinonimnya
Ficus stupenda umumnya banyak tersebar dan terdapat di hutan hujan baik yang primer maupun sekunder di area dataran rendah hingga perbukitan, sebagai contoh di Stasiun Penelitian Cabang Panti, Taman Nasional Gunung Palung.
Ficus crassiramea adalah menjadi salah satu sumber pakan bagi ragam nafas kehidupan terutama bagi satwa; burung, seperti burung enggang dan jenis burung-burung kecilnya. Selain itu juga, primata sangat menyukai pohon ini seperti orangutan, kelasi, kelempiau, jenis monyet. Selain itu, mamalia kecil seperti tikus, landak dan kelelawar sangat menyukai buah dari kayu ara. Tumbuhan kayu ara (pohon beringin) dikenal memiliki akarnya merambat, dan inangnya (calon akarnya yang baru) tumbuh pada tumbuhan yang lain.
Orangutan bernama Net yang memanjat pohon ficus crassiramea di hutan hujan Gunung Palung. dok. Tim Laman
Dengan adanya pohon kayu ara juga memberikan andil besar bagi manusia. Ada yang paling istimewa juga dari kayu ara jenis
Ficus benjamina-miq. Istimewannya karena sebagai pohon yang dapat menampung sumber air (menyimpan, meresap sumber air bersih) dan dapat menopang, mencegah erosi.
Jika boleh dikata, pohon ara memang tidak bisa disangkal memiliki keistimewaan bagi semua makhluk hidup, bahkan pohon kayu ara sering dikaitkan dengan hal-hal mistik. Sebagai contoh misalnya, menurut penuturan Bapak Asbandi (49 tahun), salah seorang masyarakat Kayong Utara menuturkan; sejak dulu masyarakat Kayong mempercayai bahwa pohon kayu ara adalah rumah bagi makhluk halus seperti kuntilanak.
Malay Black Hornbill (Anthracoceros malayanus) saat memakan Ficus stupenda. Foto dok. Tim Laman
Bahkan, lebih lanjut, Pak Bandi sapaan sehari-harinya menegaskan, ada pantangan bagi masyarakat untuk tidak boleh memotong, membakar kayu ara. Beberapa masyarakat mempercayai jika sampai membakar maka akan menimbulkan badi (penyakit) yang sulit atau bahkan tidak disebuhkan. Adapun penyakit akibat badi dari kayu ara seperti gila dan penyakit alegi, tegasnya lagi.
Rangkong badak atau rhinoceros hornbill (Buceros rhinoceros) sedang memakan buah ficus spp. Foto dok. Tim Laman
Selain juga, rimbunnya dari tajuk-tajuk pohon dari keluarga
moraceae ini dapat dijadikan sebagai pelindung, penyejuk bagi bagi semua makhluk disekitar tempat tumbuhnya pohon beringin. Beberapa masyarakat juga ada yang menam pohon kayu ara jenis beringin sebagai pelindung sekaligus hiasan di sekitar rumah mereka.
Di hutan hujan lebih khusus di Indonesia, kayu ara tersebar di seluruh wilayah seperti di Kalimantan, Sulawesi, Kalimantan, Jawa, Sumatera dan Papua. Sedangkan di dunia, sebaran pohon kayu ara seperti di Wilayah Asia, Amerika, Amerika Selatan dan Afrika.
Tidak salah jika kita semua berkewajiban untuk menjaga dan melestarikan semua jenis kayu ara, karena kayu ara sebagai sumber kehidupan.
Petrus Kanisius-Yayasan Palung
Lihat Inovasi Selengkapnya