Mohon tunggu...
Petrus Kanisius
Petrus Kanisius Mohon Tunggu... Wiraswasta - Belajar Menulis

Belajar menulis dan suka membaca. Saat ini bekerja di Yayasan Palung

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Heart of Ketapang, Jantungnya Ragam Satwa Kota Ketapang

3 Oktober 2016   13:40 Diperbarui: 3 Oktober 2016   18:05 139
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Burung enggang yang dengan santainya ia memamerkan keindahan paruh dan bulunya ketika memakan buah pohon kesukaannya. Foto dok. Erik Sulidra

Mungkin bagi sebagian orang, hobi merupakan salah satu pilihan utama saat mengisi waktu luang. Ketika hari libur Sabtu-Minggu (weekend) tiba. Hal tersebutlah yang dilakukan oleh teman-teman penyuka foto satwa dan alam langsung di alamnya, lebih tepatnya di Heart of Ketapang, minggu (3/10/2016), kemarin.

Adalah Erik Sulidra, satu dari teman-teman yang berbagi cerita atau menceritakan berjumpa dengan ragam satwa endemik seperti orangutan, bekantan dan enggang. Ia juga berhasil memotret tupai kecil tersebut. Ia menceritakan, merasa sangat puas dan senang ketika bisa bertemu langsung dan mengabadikan beberapa foto dari satwa tersebut di Pematang Gadung, yang disebut pula dengan istilah Heart of Ketapang.

Bekantan yang menatap seolah-olah ingin menyapa. Foto dok. Erik Sulidra
Bekantan yang menatap seolah-olah ingin menyapa. Foto dok. Erik Sulidra
Dari foto-foto yang diabadikan tersebut terlihat, orangutan dengan gagah dan tanpa ragu dan malu untuk menampakan mukanya saat berjumpa ataupun saat sedang diabadikan. Sama halnya pula dengan burung enggang yang dengan santainya ia memamerkan keindahan paruh dan bulunya ketika memakan buah pohon kesukaannya. Adapula bekantan yang menatap seolah-olah ingin menyapa, dan ada juga tupai kecil yang sedikit malu menampakan dirinya di pohon kayu. Lebih lanjut, Erik berharap, “Semoga saja satwa di tempat ini bisa tetap terjaga dan bertahan hidup serta mampu berlanjut”.

Teman-teman yang mengisi hari libur dengan menghampiri hutan di Pematang Gadung. Foto dok. Salsabilla Al Qadrie
Teman-teman yang mengisi hari libur dengan menghampiri hutan di Pematang Gadung. Foto dok. Salsabilla Al Qadrie
Selain Erik Sulidra, ada juga teman-teman lainnya seperti Rizal Alqadrie, Salsabilla Al Qadrie (dari Kawan Burung Ketapang/KBK), Terry Brenden, Backy Alice Curtis (dari Yayasan Palung dan GPOCP) dan Gunther De Brunyne (Canopy Indonesia) yang bisa merasakan langsung, bertemu langsung dengan satwa-satwa tersebut.

Lalu, mengapa tempat ini disebut heart of Ketapang? Salah satu alasannya, wilayah ini termasuk miniatur dari Kabupaten Ketapang secara keseluruhan. Mengingat, wilayah ini juga termasuk kawasan gambut dalam yang menyimpan banyak keberagamaan kekayaan alam berupa tumbuh-tumbuhan, 95 persennya adalah jenis burung yang terdapat di Ketapang ada di tempat ini (data dari Kawan Burung Ketapang). Selain itu juga jenis pohon pakan (makanan) satwa dan yang pastinya juga menjadi habitat satwa seperti orangutan, bekantan, enggang, jenis tupai dan lainnya ada di tempat ini.

Burung enggang yang dengan santainya ia memamerkan keindahan paruh dan bulunya ketika memakan buah pohon kesukaannya. Foto dok. Erik Sulidra
Burung enggang yang dengan santainya ia memamerkan keindahan paruh dan bulunya ketika memakan buah pohon kesukaannya. Foto dok. Erik Sulidra
Tupai kecil yang sedikit malu menampakan dirinya di pohon kayu. Foto dok. Erik Sulidra
Tupai kecil yang sedikit malu menampakan dirinya di pohon kayu. Foto dok. Erik Sulidra
Seperti diketahui di Pematang Gadung merupakan kawasan rawa gambut dengan luasan 14.000 hektar dan lebih dari 7.000 hektar-nya adalah hutan kerangas (lahan yang sangat rentan dan rawan terbakar). Adapun letak wilayah Pematang Gadung di Kecamatan Matan Hilir Selatan, Kabupaten Ketapang (terletak sekitar 30 Km Selatan dari Kota Ketapang). Untuk menjangkau daerah tersebut diperlukan waktu satu jam setengah dengan menggunakan sepeda motor. Setibanya di Pematang Gadung, dilanjutkan lagi menggunakan transportasi air berupa sampan bermesin dengan jarak satu jam perjalanan agar bisa sampai di hutan yang disebut Heart of Ketapang tersebut. Tempat ini sangat cocok untuk dijadikan destinasi wisata, pendidikan, pengamatan ataupun penelitian.

Semoga saja, ragam satwa yang ada di wilayah Heart of Ketapang bisa terus terjaga, terus berlanjut dan ragam satwa boleh lestari hingga nanti.

Petrus Kanisius- Yayasan Palung

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun