Mohon tunggu...
Petrus Kanisius
Petrus Kanisius Mohon Tunggu... Wiraswasta - Belajar Menulis

Belajar menulis dan suka membaca. Saat ini bekerja di Yayasan Palung

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Pada Senja Menanti Asa

4 Agustus 2016   18:30 Diperbarui: 4 Agustus 2016   18:47 101
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Senja menyapa di pantai Mak Bagok. Dok. Pribadi

Rona jiwa berlalu dalam arah mentari kian redup akibat ditelan datangnya malam. Kini senja datang menati permulaan hingga larutnya malam tiba.

Mengarah tetapi tidak berarah, seolah mengalah kalah dengan amarah.

Senja menyapa menanti angin sepoi bertiup menyejukkan jiwa. Mereda raga yang haus sepanjang pagi menjelang senja.

Menanti asa, sewaktu senja beroleh berkah bernama upah. Bila waktu fajar pagi menampakan sinar tiba kembali mengais rejeki hingga dahi mengerinyit tubuh bongkok menahan beban demi sesuap nasi.

Senja menyapa menanti asa. Pelepas dahaga, berkumpul dengan keluarga, sanak saudara.

Senja menyapa menanti asa saling menyapa.

Menanti asa berucap syukur pada Yang Kuasa.

Senja menyapa menanti asa menerima adanya. Senja menyapa tak menyalahkan waktu ketika kerja tak kunjung tuntas.  Masih ada asa di hari esok tanpa menunda.

Senja menyapa menanti asa rehat sejenak tanpa memaksa tulang tenaga.

Ketapang, Kalbar, 4/8/2016

Petrus Kanisius- Yayasan Palung  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun