Bumiku, tempatku berdiam dari dulu, kini, mudah-mudahan hingga nanti tetap menjadi rumah.
Bumiku kini, tidak lagi seperti dulu.
Kini, atapnya sudah semakin bocor.
Tidak semua yang merasa nyaman lagi tinggal di bumi ini.
Itu kata sebagian besar orang yang mengaduh hingga gaduh, mengapa bumi bocor.
Kerap kali gaduhan tentang panas membakar kulit, sejut hingga membeku.
Tak sedikit yang merusak dibanding merawatnya, tidak menegok usia semakin tua renta.
Aku tidak mengeluh, mungkin itu yang bisa bumi katakan.
Tetapi bumi dengan sabar melihat tingkah polah penghuninya yang memperlakukannya dengan penuh sabar namun sejatinya sekarat.
Entah, hingga kapan waktu akan berujung untuk menengok apakah rumahku bernama bumi ini bisa pulih atau semakin sakit?.
 Entahlah, bumiku tetap rumahku hingga kapanpun.